Antara Sujud, Dahi Hitam dan Keikhlasan

…………………………………………
judul asli “Hitam di Dahi Tanda Niat Tidak Suci”,  mengingat banyak tanggapan yang menyoroti judul yang dianggap terlalu ekstrim ada juga yang menganggap profokati, maka judul kami ubah. Semoga tidak mengubah tujuan baiknya.
…………………………………………
Hitam di Dahi Tanda Niat Tidak Suci

Tanya:
“Bagaimana cara menyamarkan/menghilangkan noda hitam di kening/di jidat karena sewaktu sujud dalam shalat terlalu menghujam sehingga ada bekas warna hitam?”
0281764xxxx

Jawab:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Yang artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).

Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’. Padahal bukan demikian yang dimaksudkan.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyuan.
Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا.

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.

Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya.
Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Cirri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi.

13 responses to “Antara Sujud, Dahi Hitam dan Keikhlasan

  1. Cukup lengkap informasinya. Tapi mungkin perlu dilihat kembali judulnya, apa tidak terlalu propokatif?. Masalahnya ada sangat banyak saudara-saudara sesama muslim yang jidadnya hitam, sebagai akibat “model” sujud mereka yang lama dan tertumpu pada bagian kening. Silahkan saja mereka bangga dengan ‘tanda hitam’ tersebut. Bukankah masih jauh lebih baik bangga melaksanakan shalat dari pada malu melaksanakan shalat?.

    Tentang niat, bukanlah wilayah kewenangan manusia untuk mengukurnya. Sangat pribadi, hanya yang bersangkutan dengan Tuhannya yang tahu. Bahkan yang bersangkutan sekalipun masih bertanya-tanya sudah betul-betul sucikah niat mereka. Kalau demikian Tuhanlah yang paling berhak membuat vonis suci tidaknya niat seorang hamba-Nya.

    Mungkin akan lebih arif kalau kita berfikir bahwa persaudaraan adalah bagian dari ‘atsar’ sujud. Saling peduli dan saling baik sangka sesama muslim, mau jidad hitam atau tidak, akan sangat indah bila sama berbaik sangka bahwa shalat kita telah sama-sama diterima oleh Allah. Amin.

  2. A.J.I

    info yang sangat mendidik pak saya baru tahu fenomena seperti ini dan pemahaman saya selama ini adalah orang yang sering sholat atau sholat lebih dari 5x sehari dengan tambahan sholat sunah akan memiliki tanda dengan warna agak kehitaman di bagian jidat atau di bagian tengah diantara 2 mata. dengan adanya artikel ini sedikit membuka lebar pemikiran saya

  3. Saya mempunyai pengalaman mempunyai teman2 yang mempunyai jidat yang hitam2, celana mereka pun sangat cingkrang dan mereka bangga dengan jnggot2 mereka, terus mereka selalu berkoar-koar dalam masalah orang2 yang pergi ziarah, marhabanan dan merayakan maulid nabi. Namun, yang membuat saya heran itu mereka selalu mengoleskan semacam minyak ke jidat mereka sampai hitam, bahkan terkadang terlihat seperti jidatnya itu iritasi. Nah, bagaimana dengan teman2 saya itu? Masuk golongan manakah mereka? Aq sekarang gak deket lagi sama mereka, karena sifatnya seperti sok suci gitu, bahkan waktu itu temen aq itu hampir ribut sama anak2 yang suka mabok di sekolah karena ketika mereka mabok itu teman2 saya tiba2 langsung meneriaki orang2 mabuk itu dengan perkataan LAKNATULLAH, KAFIR, NAJIS, dsb. Semenjak itu saya gak dket2 tmen aq lagi, aq ngerasa wlwpun org mbuk itu salah, tapi gak seharusnya mereka begitu, benar gak ustadz? Sorry, ane awam sama masalah begini. Jadi menurut ustadz apakah tindakan mereka benar? Atau memang pikiran saya yang masih awam tentang islam yang belum dapat menjangkau pemikiran mereka? Terima kasih…

    • doktermuslim

      Karena saya bukan ustad, pertanyaan anda telah aku kirimkan ke ustad yg menulis artikel tsb. setelah di jawab, insyaAlloh kami kami beritahukan kepada anda, insyaAllohu ta’ala

    • doktermuslim

      Berikut ini jawaban dari ustad Aris:
      Mengoleskan minyak di jidat agar hitam adalah suatu hal yang terlarang
      Mengkafirkan orang mabok secara sembrono itu tidak boleh dan tidak memberi manfaat bagi dakwah.
      Tidak semua bentuk ziarah kubur itu terlarang, ada yang terlarang dan ada yang boleh.
      Mengingkari bid’ah adalah suatu hal yang benar namun bisa menjadi terlarang jika dengan cara-cara yang tidak benar.
      Tambahan dari saya:
      Orang yg memakai pakaian yang diatas mata kaki dan juga berjenggot tetapi akhlaq-nya buruk, yang salah adalah orangnya bukan pakaian dan jenggotnya (sebab ini termasuk syari’at), lihat pembahasan tentang Isbal https://doktermuslim.wordpress.com/2010/01/09/2010/02/09/ada-apa-dibalik-isbal-pakaian-yg-panjang-sampai-di-bawah-mata-kaki/
      Dakwah adalah termasuk syari’at dalam dienul Islam, sehingga berdakwah juga harus berilmu tentang dakwah itu sendiri. Dakwah yg benar sdh barangtentu dakwah yg mencontoh cara Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam.

  4. rief

    ass. sy sendiri merasakan bhw umat islam saat ini bnyk terbagi dalam kelompok, ada dgn ciri khas pakaian, bentuk fisik, model amalan, Yaa Allah kami ini hamba yang bodoh dan awam, kami hanya punya niat dan belajar setiap saat untuk memperbaiki ibadah kami, smg kelompok tersebut tidak memecah belah umat tapi justru mempersatukannya, bpk ustad adakah panduan lengkap yang dapat meningkatkan kebenaran, keikhlasan kami dalam beribadah……tulus, sebagaimana cinta kami kepada Allah dan Rosul, baik dalam bentuk buku, media lainnya ataupun majlis……terima kasih. wassalam

  5. Allah Maha Tahu tentang niat seseorang dalam beribadah kepada-Nya, jadi saudara kita yang memiliki jidat hitam semoga mereka benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah dan terhindar dari perbuatan riya.

    • بسم الله الر حمن الر حيم
      Kita tetap berusaha agar tidak muncul hitam di dahi, namun jika tetap muncul jg berarti diluar kemampuan kita. Alloh سبحانه وتعالى tidak membebani hambanya di luar kemampuannya. Sbgmn jenggot, jg berusaha mempunyainya bahkan kalau bisa lebat krn ini adl kewajiban. Namun jika tidak tumbuh juga maka ini juga diluar kemampuan.
      Walloohu’alam

  6. KHAIRUL HISHAM BIN HASSAN

    Imam Fakhruddin Al-Razi menyatakan terdapat dua pendapat dalam mentafsirkan tanda ini ( At-Tafsir Al-Kabir, 28/93 ) :-

    Pertama : Tanda itu akan ternampak di akhirat kelak sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 106 ” Di hari yang Allah memutih dan menggelapkan wajah” dan juga dari surah At-Tahrim ayat 8.

    Kedua : Tanda ini akan terzahir di dunia lagi. Terdapat dua kemungkinan yang disebut,

    a) Bekas sujud ini adalah tanda hitam di dahi. Namun perlu diingat ada sebahagiannya memang hitam kerana banyaknya sujud, namun banyak sujud belum tentu diterima solatnya. Manakala ada yang hitam sebab-sebab lain.

    Justeru secara umumnya, tanda hitam di dahi, boleh membawa erti tanda sujud yang banyak dan lainnya. Jika tanda sujud itu diiringi dengan sifat-sifat mahmudah dirinya dan wajahnya yang menepati ciri kedua di bawah, lalu ia kemungkinan besar tanda yang benar.

    b) Satu tanda yang Allah zahirkan di wajah orang yang sujud dari raut yang bercahaya, kelihatan tenang dan menyenangkan. Tanda inilah yang disebut terdapat pada wajah Baginda Nabi Muhammad S.A.W, para sahabat dan lain-lain ulama.

  7. aries

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
    Bagaimana caranya agar dahi tidak meninggalkan tanda hitam, sementara Nabi SAW menganjurkan agar memperbanyak do’a pada sujud terakhir atau sebelum salam ? Terima kasih. Wassalam.

    • Wa’alaikumussalam warahmatulloohi wabarokaatuhu
      Kita hanya berusaha agar tidak hitam, tetapi jika takdir Alloh menghendaki dahi kita hitam, itu diluar kemampuan kita. dan Alloh tidak membebani hamba-Nya melainkan sesuai kesanggupannya.
      adapun anjuran memperbanyak do’a pada sujud terakhir, malah saya belum tahu dalilnya. mohon disertakan dalinya jika anda mengetahuinya.
      barokalloohu fiik,
      walloohu’alam

Tinggalkan komentar

Untuk yang Sehati

Bercita-cita mengamalkan Islam secara utuh adalah suatu hal yang wajib bagi setiap muslim....
Namun bila belum mampu seluruhnya, jangan ditinggalkan semuanya....Karena Alloh Subhanahu wata'ala tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuan maksimal yang dimiliki...

Buat diriku & dirimu

....Jangan pernah merasa cukup untuk belajar Islam, karena semakin kita tahu tentang Islam, semakin kita tahu tentang diri kita (...seberapa besar iman kita, ...seberapa banyak amal kita,....seberapa dalam ilmu kita, dan sebaliknya...seberapa besar kemunafikan kita, ...seberapa banyak maksiat kita, ...seberapa jauh kedunguan kita)
....Barangsiapa mengenal dirinya, maka semakin takut ia kepada Alloh Subhaanahu wata'ala

Do’a kita

Semoga Alloh Subhaanahu wata'ala meneguhkan hati kita dalam Islam hingga maut menjemput kita,...aamiin

Kalender

Januari 2010
S M S S R K J
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  

Total Pengunjung

  • 243.353 klik