…………………………………….
IMAN KEPADA HARI AKHIR
……………………………………..
Hari Akhir adalah hari kiamat, dimana seluruh manusia
dibangkitkan pada hari itu untuk dihisab dan dibalas. Hari itu
disebut hari akhir, karena tidak ada hari lagi setelahnya. Pada hari
itulah penghuni surga dan penghuni neraka masing-masing
menetap di tempatnya.
Iman kepada hari Akhir mengandung tiga unsur :
1. Beriman kepada ba’ts (kebangkitan), yaitu
menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati
ketika tiupan sangkakala yang kedua kali. Pada waktu itu
semua manusia bangkit untuk menghadap Robb alam
semesta dengan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan
tidak disunat.
Allah berfirman :
يوَْمَ نطَْوِي السّمَاء كطَيّ السّجِلّ لِلْكتُبُِ كمَا ببَبدَأنْاَ أوَّلَ خَلْبقٍ
سورة النبياء. ( ( نعِّيدُهُ وَعْدًا عَلَينْاَ إنِاّ كنُاّ فَاعِلِينَ 104
“(yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulng
lembaran-lembaran buku. Sebagaimana Kami telah
memulai penciptaan partama, begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati.
Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.”
(QS. Al Anbiya’ : 104).
Kebangkitan adalah kebenaran yang pasti ada, bukti
keberadaannya diperkuat oleh Al Kitab, sunnah dan ijma’
umat Islam.
Allah berfirman yang artinya :
“Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (QS. Al
Mu’minun : 16).
Nabi Muhamad juga bersabda :
“ Di hari kiamat seluruh manusia akan dihimpun dengan
keadaan tidak beralas kaki dan tidak disunat.” (HR.
Bukari & Muslim).
Umat Islam sepakat akan adanya hari kebangkitan
Karena hal itu sesuai dengan hikmah Allah yang
mengembalikan ciptaannya untuk diberi balasan
terhadap segala yang telah diperintahkan-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.
Allah berfirman yang artinya :
“ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan
bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
(QS. Al Mu’minin : 115).
Allah berfirman kepada Rasulullah , yang artinya:
“ Sesungguhnya yang mewajibkam atasmu (melaksnakan
hukum-hukum) Al Qur’an benar-benar akan
mengembalikan kamu ke tempat kembali…” (QS. Al
Qashash : 85).
2. Beriman kepada hisab (perhitungan) dan jaza’
(pembalasan) dengan meyakini bahwa seluruh perbuatan
manusia akan dihisab dan dibalas. Hal ini dipaparkan
dengan jelas di dalam Al Qur’an, sunnah dan ijma’
(kesepakatan) umat Islam.
Allah berfirman, yang artinya :
“Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka,
kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab
mereka.” (QS. Al Ghasyiah : 25-26).
من جاء بالحسنة فله عشر أمثالها ومن جاء بالسبيئة فل يجبزى إل
مثلها وهم ل يظلمون
“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya, dan barangsiapa
yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).” (QS. Al- An’am : 160).
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang
sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan
cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al
Anbiya’ : 47).
Dari Ibnu Umar diriwayatkan bahwa Nabi bersabda
yang artinya :
“Allah nanti akan mendekatkan orang mukmin, lalu
meletakkan tutup dan menutupnya. Allah bertanya :
“Apakah kamu tahu dosamu ini?” “apakah kamu tahu
dosamu itu?” Ia menjawab, “Ya Robbku.” Ketika ia sudah
mengakui dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa,
Allah berfirman : “Aku telah menutupi dosa-dosamu di
dunia dan sekarang Aku mengampuninya.” Kemudian
diberikan kepada orang mukmin itu buku amal baiknya.
Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, Allah
memanggilnya di hadapan orang banyak. Mereka
orang-orang yang mendustakan Robbnya. Ketahuilah,
laknat Allah itu untuk orang-orang yang dzalim.” (HR.
Bukhari Muslim).
Nabi bersabda :
” أن من هم بحسنة فعملها كتبه الله عنده عشر حسنات
إلى سبعمائة ضعف إلى أضبعاف كبثيرة، وإن هبم بسبيئة
فعملها كتبها الله سيئة واحدة “.
“Orang yang berniat melakukan satu kebaikan, lalu
mengamalkannya, maka ditulis baginya sepuluh
kebaikan, sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai
beberapa kali lagi. Barangsiapa berniat melakukan satu
kejahatan, lalu mengamalkannya, maka Allah
menulisnya satu kejahatan saja.”
Umat Islam telah sepakat tentang adanya hisab dan
pembalasan amal, karena hal itu sesuai dengan
kebijaksanaan Allah. Sebagaimana kita ketahui, Allah
telah menurunkan Kitab-kitab, mengutus para Rasul serta
mewajibkan kepada manusia untuk menerima ajaran
yang dibawa oleh Rasul-Rasul Allah itu dan mengerjakan
segala yang diwajibkannya. Dan Allah telah mewajibkan
agar berperang melawan orang-orang yang
menentangnya serta menghalalkan darah, keturunan,
isteri dan harta benda mereka. Kalau tidak ada hisab dan
balasan tentu hal ini hanya sia-sia belaka, dan Robb yang
Maha bijaksana, Mahasuci darinya.
Allah telah mengisyaratkan hal itu dalam firman-Nya,
yang artinya :
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat
yang telah diutus Rasul-Rasul kepada mereka dan
sesunguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-Rasul
(Kami), maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada
mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat). Sedang
(Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekalikali
tidak jauh (dari mereka).” (QS. Al Anfal : 6-7).
3. Mengimani sorga dan neraka sebagai tempat manusia
yang abadi. Sorga adalah tempat keni’matan yang
disediakan Allah untuk orang-orang mukmin yang
bertaqwa, yang mengimani apa-apa yang harus diimani,
yang taat kepada Allah dan RasulNya, dan kepada orangorang
yang ikhlas.
Di dalam sorga terdapat berbagai kenikmatan yang tidak
pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, serta
tidak terlintas dalam benak manusia.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Robb mereka ialah surga
‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridla terhadap
mereka, dan merekapun ridha kepadaNya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Robbnya.” QS. (QS. Al bayyinah : 7-8).
“Tidak seorang pun yang mengetahui apa yang
disembnyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam
ni’mat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
As Sajadah : 17).
Neraka adalah tempat azab yang disediakan Allah untuk
orang-orang kafir, yang berbuat zalim serta bagi yang
mengingkari Allah dan RasulNya. Di dalam neraka
terdapat berbagai azab dan sesuatu yang menakutkan,
yang tidak pernah terlintas dalam hati.
واتقوا النار التي أعدت للكافرين
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan
untuk orang-orang yang kafir.” (QS. Al Imran : 131).
“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang
yang zalim itu neraka yang gejolaknya mengepung
mereka. Jika mereka miminta minum, maka mereka akan
diberi minuman dengan air seperti besi yang mendidih
yang dapat menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
(QS. Al Kahfi : 29).
“Sesungguhnya Allah melaknati orang-rang kafir dan
menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
(neraka). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan
tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka
mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata :
“Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah
dan taat (pula) kepada Rasul.” (QS. Al Ahzab : 64-65).
Iman kepada hari akhir adalah termasuk mengimani peristiwaperistiwa
yang akan terjadi sesudah mati, misalnya :
a. fitnah kubur, yaitu pertanyaan yang diajukan kepada mayat
ketika sudah dikubur, tentang Robbnya, agama dan Nabinya.
Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan
kata-kata yang mantap. Ia akan menjawab pertanyaaan itu
dengan tegas dan penuh keyakinan, Allah Robbku, Islam
agamaku, dan Muhammad Nabiku. Allah menyesatkan
orang-orang yang dzalim dan kafir. Mereka akan menjawab
pertanyaan dengan terbengong-bengong karena pertanyaan
itu terasa asing baginya. Mereka akan menjawab, “Aku… aku
tidak tahu.” Sedangkan orang-orang munafik akan menjawab
pertanyaan itu dengan kebingungan, aku tidak tahu. Dulu aku
pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku
mengatakannya.”
b. Siksa dan ni’mat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi
orang-orang dzalim, yakni orang-orang munafik dan orangorang
kafir, seperti dalam firman-Nya, yang artinya :
“…alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata), “keluarkanlah nyawamu.” Di hari
ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan
diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al an’am : 93).
Allah berfirman tentang keluarga fir’aun :
النار يعرضون عليها غدوا وعشيا ويبوم تقبوم السباعة ادخلبوا آل
فرعون أشد العذاب
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang,
dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada
Malaikat) : “Masukkan fir’aun dan kaumnya ke dalam azab
yang sangat keras.” (QS. Al Mu’min : 46).
Dari Zaid bin Tsabit diriwayatkan bahwa Nabi bersabda :
“kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati),
pasti aku memohon kepada Allah agar mamperdengarkan
siksa kubur kepada kalian yang saya mendengarnya.”
Kemudian Nabi menghadapkan wajahnya seraya berkata :
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa neraka.” Para
sahabat berkata : “Kami memohon perlindungan kepada Allah
dari siksa neraka.” Nabi kemudian berkata lagi : “Mohonlah
perlindungan Allah dari siksa kubur.” Para sahabat berkata :
“Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.” Lalu
beliau berkata lagi ; “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari
berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak
tampak.” Para sahabat lalu barkata : “Kami memohon
perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang
tampak maupun yang tidak tampak.” Nabi berkata lagi :
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah dajjal.” Para
sahabat berkata : “Kami mohon perlindungan kepada Allah
dari fitnah dajjal.” (HR. Muslim).
Adapun ni’mat kubur diperuntukkan bagi orang-orang mukmin
yang jujur. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam firman-Nya, yang
artinya :
“sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Robb Kami
ialah Allah”, kemudian mereka konsistent, para malaikat akan
turun kepada mereka (dengan mengatakan) : “Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
gembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat : 30).
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka
mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak
mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu
adalah orang-orang yang benar?. Adapun jika dia (orang yang
mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka
dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga
keni’matan.” (QS. Al Waqi’ah : 83-89).
Dari Al Bara’ bi Azib dikatakan bahwa Nabi bersabda
tentang orang mukmin jika menjawab pertanyaan Malaikat di dalam
kuburnya. Sabdanya : “ada suara dari langit : “hamba-Ku memang
benar. Oleh karenanya berilah dia alas dari surga, berilah pakaian
dari surga, dan bukakanlah baginya pintu surga.” Lalu datanglah
keni’matan dan keharuman dari surga, dan kuburnya dilapangkan
sejauh pandangan mata…” (HR. Ahmad, Abu Daud, dalam hadits
yang panjang).
…………………………………………
Buah iman kepada hari akhir :
1. Mencintai ketaatan dengan mengharap pahala hari itu.
2. Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan
siksa pada hari itu.
3. Menghibur orang mukmin tentang apa yang tidak
didapatkan di dunia dengan mengharap keni’matan serta
pahala di akhirat.
Orang-orang kafir mengingkari adanya kebangkitan setelah mati
dengan menyangka bahwa hari akhir dengan segala peristiwaperistiwanya
adalah suatu hal yang mustahil. Persangkaan mereka
jelas sangat keliru dan kesalahannya itu dapat dibuktikan dengan
syara’, indera, dan akal.
1. Bukti syara’
Allah berfirman, yang artinya :
“Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali
tidak akan dibangkitkan. Katakanlah : “Tidak demikian, demi
Robbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan
diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At Taghabun : 7).
2. Bukti inderawi
Allah telah memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan
orang-orang yang sudah mati di dunia ini.
Dalam surat Al Baqarah terdapat lima contoh mengenai hal
ini :
a. Ketika kaum Musa berkata kepada Nabi Musa bahwa
mereka tidak akan percaya dengan risalah yang dibawa
Musa , sampai mereka melihat Allah dengan mata
kepala mereka sendiri. Oleh karena itulah Allah berfirman
(yang ditujukan kepada Bani Israil), yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : “Hai Musa, Kami
tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat
Allah dengan terang.” Karena itu kamu disambar
halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu
Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al Baqarah : 55-56).
b. Cerita orang yang terbunuh yang pembunuhnya
dipersengketakan bani Israil. Allah lalu memerintahkan
mereka untuk menyembelih sapi, kemudian sapi itu
dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh itu agar dapat
menceritakan siapa sebenarnya yang telah
membunuhnya. Hal ini diungkapkan dalam firman-Nya,
yang artinya :
“Dan (ingatlah ), ketika kamu membunuh seorang
manusia, lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu.
Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini
kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman : “Pukullah
mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!”
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang
yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tandatanda
kekuasaannya agar kamu mengerti.” (QS. Al-
Baqarah : 72-73).
c. Kisah kaum yang keluar dari negerinya karena
menghindari kematian. Mereka berjumlah ribuan orang.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka
beribu-ribu (jumlahnya) karena tekut mati, maka Allah
berfirman kepada mereka : “Matilah kamu, kemudian
Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah
mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Al Baqarah :
234).
d. Kisah orang yang melewati sebuah desa yang hancur. Dia
sangsi, bagaimana Allah mematikannya selama seratus
tahun, kemudian Allah menghidupkan kembali. Ini
dikisahkan dalam firman-Nya, yang artinya :
“Atau apakah (kamu memperhatikan) orang yang
melewati suatu negeri yang (temboknya) telah roboh
menutupi atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah
menghidupkan kembali negri ini setelah hancur?” maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian
menghidupkan kembali. Allah bertanya : “Berapa lama
kamu tinggal di sini? Ia menjawab : “Saya tinggal di sini
sehari atau setengah hari.” Allah berfirman :
“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun
lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum
lagi berobah, dan lihatlah keledaimu (yang telah mejadi
tulang-belulang). Kami akan menjadikan kamu tanda
kekuasaan Kami bagi manusia. lihatlah tulang-belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging. Maka
tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) diapun berkata ; “Saya
yakin Allah maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al
Baqarah : 259).
e. Kisah Nabiyullah Ibarahim ketika bertanya kepada Allah
bagimana Dia menghidupkan kembali orang-orang yang
telah mati. Allah memerintahkannya untuk menyembelih
empat ekor burung dan memisah-misahkan bagianbagian
tubuh burung itu di atas gunung-gunung yang ada
di sekelilingnya. Ibrahim memanggil burung itu, lalu tak
lama tampaklah olehnya bagian-bagian tubuh burungburung
itu menyatu dan segera mendatangi Nabi Ibrahim
kembali. Ini dikisahkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim,
yang artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata : “ya Robbku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman :
“Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab :
“Saya telah percaya, akan tetapi agar hatiku bertambah
tenang.” Allah berfirman (kalau demikian) ambillah
empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu,
lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari
bagian-bagian itu, sesudah itu panggillah mereka,
niscaya mereka datang kepada kamu dengan segera.”
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Al Baqarah : 260).
Inilah beberapa bukti inderawi yang menunjukkan mungkinnya
Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Telah
diisyaratkan di atas, Allah memberikan kemukjizatan kepada Isa bin
Maryam dengan menghidupkan orang-orang yang sudah mati serta
mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah .
3. Bukti akal (logika)
Bukti akal dapat dibagi menjadi dua bagian :
a. Allah sebagai pencipta langit dan bumi seisinya telah
menciptakannya pertama kali. Allah mampu menciptakan
pertama kali, tentu pasti mampu pula untuk
mengembalikannya.
Firman-Nya :
سورة الروم ( ( وَهُوَ الّذِي يبَدَْأ الْخَلْقَ ثمُّ يعُِيدُهُ وَهُوَ أهَْوَنُ عَلَيهِْ 27
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari
permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali
itu adalah lebih mudah bagiNya…” (QS. Ar rum : 27).
“sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama,
begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji
yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang
akan melaksanakannya.” (QS. Al Anbiya’ : 104).
“Katakanlah : “ia akan dihidupkan oleh Robb yang
menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha
mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yasin : 79).
b. Bumi yang mati dan tandus akan hidup kembali dan
tumbuhan yang mati akan bergerak subur setelah turun
hujan. Yang mampu untuk menghidupkannya setelah
mati, dan yang mampu menghidupkan orang-orang yang
sudah mati itu sudah pasti Allah Maha perkasa lagi
Maha berkehendak.
Allah berfirman yang artinya :
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya bahwa
kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami
turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu
dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat : 39).
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak
manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohonpohon
dan biji-bijian tanaman yang diketam, dan pohon
kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang
bersusun-susun untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba
(Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang
mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS.
Qaaf : 9-11).
Orang-orang yang ingkar kepada siksa kubur dan
keni’matannya mengira hal itu suatu perkara yang mustahil
serta bertolak belakang dengan kenyataan karena apabila
kubur itu dibongkar, tidak akan didapati seperti semula, tidak
bertambah luas dan tidak pula bertambah sempit.
Persangkaan mereka ini jelas tidak benar menurut syara’,
indera, dan akal.
1- Dalil syara’
Ibnu Abbas berkata, “Rasululah pernah keluar dari
salah satu kebun kota madinah lalu beliau mendengar ada
dua orang yang disiksa di dalam kuburnya.” Dalam hadits
itu disebutkan bahwa yang satu disiksa karena tidak
memelihara buang air kecil (kencing sembarangan), dan
yang satunya lagi karena mengadu domba.” (HR. Bukhari).
2- Dalil inderawi
Orang yang tidur terkadang mimpi bahwa dia berada di
tempat yang luas, menggembirakan, dan dia bersenangsenang
di situ. Atau terkadang dia juga bermimpi berada di
tempat yang sempit, menyedihkan, dan menyakitkan.
Terkadang seseorang bisa terbangun karena mimpinya itu,
padahal ia berada di atas tempat tidurnya. Ya, tidur adalah
rekan mati.
Oleh karena itu Allah menyebut tidur dengan “wafat”,
seperti dalam firman-Nya, yang artinya :
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain
sampai waktu yang ditentukan…” (QS. Az zumar : 42).
3- Dalil akal
Orang yang tidur terkadang bermimpi yang benar sesuai
dengan kenyataan. Bisa jadi mimpi melihat Nabi sesuai
dengan sifat beliau. Barangsiapa pernah bermimpi melihat
beliau sesuai dengan sifatnya, maka dia bagaikan
melihatnya benar-benar. Padahal waktu itu dia berada di
dalam kamarnya, di atas tempat tidurnya, jauh dari yang di
mimpikan. Apabila keadaan tersebut suatu hal yang
mungkin dijumpai di dunia, maka bagaimana tidak mungkin
dijumpai di akhirat?
Adapun dalih mereka bahwa apabila kubur itu digali, akan
didapati seperti semula, tidak bertambah luas dan tidak
pula bertambah sempit maka jawabannya :
1. apa yang dibawa syara’ tidak boleh dipertentangkan
dengan hal-hal yang bathil. Kalau orang yang
mempertentangkan itu mau berpikir tentang apa yang
dibawa oleh syara’ ia pasti mengetahui kebathilan
kesalah pahamannya itu.
Seorang penyair bertutur :
Berapa banyak orang yang mencela pendapat yang
benar
Padahal bencana itu dari pemahaman yang salah.
2. keadaan dalam barzakh (alam kubur) termasuk hal-hal
ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh indera, kerena jika
hal itu dapat diindera, maka tidak ada artinya iman
kepada yang ghaib, dan sama antara orang yang beriman
kepada yang ghaib dan orang yang mengingkari, dalam
mempercayainya.
3. Siksa kubur, ni’mat kubur, luas dan sempitnya kubur
hanya dapat dijumpai oleh mayat itu sendiri, bukan yang
lain. Ini seperti apa yang dilihat orang tidur dalam
mimpinya, dia bisa berada di tempat yang sempit yang
menakutkan, atau di tempat yang luas dan
menyenangkan, padahal menurut orang lain yang
melihatnya tidur, tidurnya tidak berobah, masih di dalam
kamar dan di atas tempat tidurnya.
Ketika menerima wahyu, Nabi Muhammad berada di
tengah-tengah para sahabatnya. Beliau mendengar
wahyu, tetapi para sahabatnya tidak mendengarnya. Bisa
jadi wahyu itu diturunkan dengan cara Malaikat menjelma
menjadi seorang lelaki, lalu berbicara dengan beliau, dan
para sahabat tidak melihatnya serta mendengarnya.
4. Pengetahuan manusia terbatas pada sesuatu yang
hanya diizinkan Allah untuk diketahuinya. Tidak mungkin
manusia dapat mengetahui apa saja yang ada. Langit
yang tujuh serta bumi seisinya semua bertasbih dengan
memuji Allah memperdengarkan kepada orang yang
dikehendakinya, meskipun demikian hal itu terhalang dari
kita.
“Dalam masalah ini Allah berfirman, yang artinya :
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satupun melainkan
bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Panyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Isra’ : 44).
Demikian halnya dengan setan dan jin yang mondar-mandir
pulang-pergi di atas bumi. Pernah ada jin datang kepada
Nabi dan mendengarkan bacaan beliau, kemudian dia
kembali ke kaumnya sebagai juru da’wah. Hal itu terhalang
bagi kita.
Dalam masalah ini Allah berfirman, yang artinya :
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibubapakmu
dari surga. Ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat
keduanya. Sungguh, ia dan pengikutnya melihat kamu dari
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka .
sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu
pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al A’raf : 27).
Apabila manusia tidak dapat mengetahui segala yang ada,
maka mereka tidak boleh mengingkari perkara-perkara ghaib yang
ditetapkan oleh syara’ sekalipun mereka tidak dapat
mengetahuinya dengan indera mereka.
……………………………………………………..
komentar