……………………………….
PENUMPASAN GERAKAN RlDDAH (MURTAD)
……………………………….
KHUTBAH ABU BAKAR ASH SHIDDIQ RA. SETELAH
DI-BAI’AT DAN SETELAH RASULULLAH SAW.
DIKEBUMIKAN
……..
Saif bin Umar at-Tamimi berkata, Diriwayatkan dari Abu Dhamrah dari
bapaknya dari Ashim bin Adi, dia berkata, “Salah seorang pesuruh Abu
Bakar berseru di tengah-tengah manusia setelah Rasulullah saw. wafat,
‘Hendaklah pasukan Usamah segera berangkat, ingatlah tidak seorangpun dari
pasukan Usamah yang boleh tinggal di Madinah, melainkan harus pergi ke
Juruf,119 pangkalan militer pasukan Usamah’.”
Setelah memuji Allah, Abu Bakar berpidato di hadapan kaum muslimin,
“Wahai saudara-saudara sekalian, sesungguhnya aku adalah seperti kalian juga,
dan aku tidak tahu apakah sanggup memikul beban yang kalian letakkan di
pundakku sebagaimana Rasulullah saw. mampu memikulnya. Sesungguhnya Allah
telah memilih Muhammad atas sekalian alam, dan Allah menjaganya dari segala
kegagalan. Sementara aku hanyalah seorang yang berusaha mengi-kut jejak beliau
dan aku bukanlah pembuat bid’ah. Maka jika aku istiqamah di atas kebenaran
tolong ikuti aku, tetapi jika aku keliru maka luruskan diriku. Sesungguhnya
Rasulullah saw. telah wafat dan tidak seorangpun dari umat ini menuntut
kezhaliman yang beliau lakukan terhadapnya baik berupa pukulan dengan cambuk
ataupun yang lebih ringan dari itu. Ingatlah, sesungguhnya aku selalu disertai setan
yang selalu berusaha menggodaku. Jika setan mendatangiku tolong agar aku
dijauhkan darinya. Aku berusaha untuk tidak menyakiti kalian sedikitpun walau
seujung kuku. Dan sesungguhnya kalian setiap pagi dan sore selalu dibayangbayangi
ajal yang akan menjemput sementara kalian tidak mengetahuinya. Maka
jika sanggup janganlah kalian melewati waktu-waktu kecuali mengisinya dengan
amal shalih. Yakinlah kalian tidak akan mampu melakukan amal-amal tersebut
kecuali dengan izin Allah. Berlombalah dalam kebaikan sebelum ajal
menghalangi kalian beramal. Sebab banyak orang yang lupa kepada ajalnya, dan
selalu menunda-nunda amalan mereka untuk masa depannya. Maka jangan kalian
tiru mereka, bersungguh-sungguhlah kalian dan berusahalah menyela-matkan diri
(dari adzab Allah). Sesungguhnya di hadapan kalian telah menunggu ajal yang
selalu mengejar kalian dan akan datang dengan cepat Oleh karena itu wasapadalah
terhadap kematian dan banyak-banyaklah mengambil pelajaran dari apa yang telah
menimpa bapak-bapak kalian serta saudara-saudara kalian. Janganlah kalian
merasa cemburu terhadap orang yang hidup kecuali sebagaimana kalian cemburu
kepada orang-orang yang telah mati.120
………………………………………………………..
ABU BAKAR RA. MELANJUTKAN EKSPEDISI PASUKAN
USAMAH
………………….
Sebelumnya Rasulullah saw. telah memerintahkan pasukan Usamah agar
berjalan menuju tanah al-Balqa yang berada di Syam, persisnya di tempat
terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Ibnu Rawahah. Dengan misi agar
pasukan Usamah segera menaklukkan wilayah tersebut. Maka berangkatlah
pasukan Usamah ke Jurf dan mendirikan perkemahan di sana. Di antara pasukan
tersebut terdapat Umar bin al-Khaththab121 dan ada pula yang me-ngatakan Abu
Bakar ash-Shiddiq ra. turut pula di situ, namun Rasulullah saw.
mengecualikannya agar menjadi imam shalat.
Ketika Rasulullah saw. sakit mereka masih berdiam di Jurf, persis setelah
Rasulullah saw. wafat maka menjadi keadaan kacau balau. Kemunafikan mulai
kelihatan di Madinah. Bahkan tidak sedikit dari suku-suku Arab sekitar Madinah
yang murtad keluar dari Islam. Ditambah lagi sebagian dari mereka tidak mau
membayar zakat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Dan ketika itu shalat Jum’at
tidak lagi didirikan kecuali di Makkah dan Madinah. Tersebut-lah sebuah kota
yang bernama Juwatsan di Bahrain, kota ini termasuk kota yang pertama kali yang
mendirikan Jum’at setelah situasi agak tenang dan orang-orang kembali kepada
kebenaran, sebagaimana yang termaktub dalam Shahih al-Bukhari.122
Di antara negeri yang tetap istiqamah di atas Islam adalah negeri Tsaqif di
Thaif, mereka tidak lari dan tidak pula murtad. Ketika berbagai masalah besar ini
terjadi, banyak orang-orang mengusulkan kepada Abu Bakar agar menunda
keberangkatan pasukan Usamah, karena umat membutuhkan mereka untuk
mengatasi masalah yang lebih pentíng. Dengan alasan bahwa pasukan yang
disiapkan nabi tersebut sebelumnya di persiapkan ketika negera Islam Madinah
dalam kondisi aman. Termasuk di antara orang-orang yang mengajukan usul
tersebut adalah Umar, ia mengusulkan penundaan keberangkatan pasukan Usamah
itu. Namun Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dengan tegas menolak sarán tersebut.
Beliau berpendapat harus tetap menyegerakan keberangkatan pasukan Usamah.
Sampai-sampai beliau bersumpah, “Demi Allah Aku tidak akan melepas buhul
yang telah diikat oleh Rasulullah saw., walaupun burung menyambar kita dan
seluruh binatang búas di sekitar Madinah menyerang kita, bahkan sekalipun
anjing-anjing mengejar kaki-kaki Ummahatul Mukminin -istri-istri Rasulullah
saw.- aku akan tetap menjalankan misi pasukan Usamah. Dan aku akan
memerintahkan agar orang-orang tetap berjaga di sekitar Madinah.”
Ternyata berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu
itu, setiap kali mereka melewati perkampungan Arab pasti akan menimbulkan rasa
gentar mereka untuk memberontak, sehingga ada yang berkata, “Tidak mungkin
pasukan sebesar ini keluar kecuali mereka telah memiliki pertahanan yang kuat di
Madinah, setelah empat puluh hari atau tujuh puluh hari mereka pulang dengan
membawa kemenangan dan harta rampasan perang.”
Saif bin Umar berkata, Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya
dia berkata, “Tatkala Abu Bakar dibai’at, beliau mengumpulkan kaum Anshar
dalam menyikapi permasalahan yang mereka perselisihkan. Abu Bakar berkata,
‘Pasukan Usamah akan tetap diberangkatkan, sebab orang-orang Arab kembali
murtad baik secara umum maupun secara khusus dalam tiap-tiap kabilah.
Kemunafikan sekarang telah menampakkan dirinya dan Yahudi maupun Nasrani
bersiap-siap mengintai kaum muslimin ibarat domba kehujanan di tengah malam
yang gelap gulita setelah mereka kehilangan Nabi dan jumlah mereka yang
minoritas di tengah-tengah musuh yang mayoritas’.”
Ada yang memberikan pendapat dan berkata, “Sesungguhnya pasukan Usamah
adalah jumlah mayoritas kaum muslimin, sementara orang-orang Arab
sebagaimana yang anda lihat bersiap-siap untuk menyerang. Sungguh tidak bijak
jika engkau memecah jumlah kaum muslimin!” Abu Bakar menja-wab, “Demi
Allah yang jiwaku berada di tanganNya, andaikata binatang búas seluruhnya
mencabik-cabikku, aku akan tetap menjalankan misi pasukan Usamah
sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah saw., aku tetap jalankan
pasukan tersebut walaupun tidak ada lagi seorangpun di dalam kota ini kecuali
diriku.
Kisah ini telah diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari
‘Aisyah ra., dan dari jalan al-Qashim dan Amrah dari ‘Aisyah ra., dia berkata,
“Ketika Rasulullah saw. wafat, orang-orang Arab sepakat kembali murtad dan
kemunafikan tersebar di mana-mana. Demi Allah sesungguhnya ayahku mendapat
beban berat, jika dipikul oleh gunung yang kokoh sekalipun niscaya akan hancur
luluh. Dan para sahabat Muhammad ibarat domba yang kocar-kacir terkena hujan
di malam yang gelap gulita dan dingin, di tengah-tengah padang yang dipenuhi
binatang buas. Demi Allah semua perselisihan mereka berhasil diselesaikan oleh
ayahku dengan keistiqa-mahannya dalam Islam.”
Kemudian ‘Aisyah ra. menyebutkan tentang Umar dan berkata, “Barang-siapa
melihat Umar niscaya ia tahu bahwa Umar diciptakan untuk kemasla-hatan Islam.
Demi Allah ia ibarat penenun ulung yang telah menyiapkan segala sesuatu untuk
menghadapi apa yang bakal terjadi.”123
Saif bin Umar meriwayatkan dari Abu Dhamrah, Abu Amru dan lain-lainnya
dari al-Hasan al-Basri, ketika Abu Bakar bersiap-siap memberang-katkan pasukan
Usamah, sebagian Anshar berkata kepada Umar, “Katakan padanya agar
mengganti dan tidak menunjuk Usamah sebagai pimpinan kita, maka Umar segera
melaporkan hal itu kepada Abu Bakar. Maka dice-ritakan bahwa Abu Bakar
menarik janggut Umar dan berkata, “Payah-payah ibumu mengandungmu wahai
Umar bin al-Khaththab, bagaimana mungkin aku mengganti pimpinan yang telah
ditunjuk oleh Rasulullah saw.. Kemudian Abu Bakar segera bangkit dan berjalan
sendiri menuju Jurf untuk memeriksa pasukan Usamah dan memerintahkan
mereka untuk mulai berjalan, sementara beliau turut berjalan bersama mereka.
Waktu itu Usamah menaiki kendaraan dan Abdurrahman memegang tali kekang
unta Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Usamah berkata, “Wahai khalifah Rasulullah
saw., naiklah ke atas kendaraan ini atau aku yang turun!” Abu Bakar menjawab,
“Demi Allah aku tidak akan naik dan engkau tidak boleh turun!” Setelah itu Abu
Bakar memohon agar Umar bin al-Khaththab dibebastugaskan untuk
menemaninya di Madinah -sebelumnya Umar termasuk satu dari anggota pasukan
Usamah- maka Usamah pun mengabulkannya.
Setelah peristiwa ini tidak pernah Umar bertemu dengan Usamah kecu-ali akan
mengucapkan salam kepadanya, “As-Salamu ‘alaika ya Amir.’n124
……………………………………………………………………..
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RA. MENUMPAS KAUM
MURTAD DAN ORANG-ORANG YANG MENOLAK
MEMBAYAR ZAKAT
………………….
Muhammad Ibnu Ishaq berkata, Ketika Rasulullah saw. wafat maka orangorang
Arab kembali murtad, Yahudi dan Nasrani menampakkan taringnya,
sementara kemunafikan mulai tersebar, kaum muslimin ibarat domba yang kucarkacir
diguyur hujan lebat pada malam yang pekat dan dingin, hingga Abu Bakar
berhasil menyatukan mereka kembali.
Ibn Hisyam berkata, telah berkata kepadaku Abu Ubaidah dan para ulama
lainnya, ketika Rasulullah saw. wafat kebanyakan dari penduduk Makkah ingin
kembali murtad keluar dari Islam, hingga ‘Itab bin Usaid mengkhawa-tirkan
keberadaan mereka dan bersembunyi. Berdirilah Suhail bin Amru, dan memulai
pidatonya dengan memuji Allah, kemudian ia menyebutkan perihal wafatnya
Rasulullah saw. sembari berkata, “Kematian Rasulullah saw. tidak menam-bah
Islam kecuali semakin kuat, maka barangsiapa kami curigai keluar dari agama ini
akan aku penggal kepalanya!”
Akhirnya orang-orang kembali kepada Islam dan berhenti dari keinginan untuk
murtad, dan ‘Itab bin Usaid kembali muncul. Barangkali inilah yang dimaksud
oleh Rasulullah saw. ketika Umar hendak menanggalkan gigi Suhail bin Amru
sewaktu menjadi tawanan perang Badar, “Semoga suatu saatia akan dapat
mengambil sikap yang benar” (dalam kondisi genting) yang tidak akan kalian
cela!”125
Mayoritas Bani Hanifah turut dan sebagian besar orang-orang di Yamamah
bergabung bersama Musailamah al-Kadzdzab, dan Bani Asad maupun Thayyi
bergabung dengan Thulaihah al-Asadiyah yang mengaku sebagai Nabi baru,
seperti halnya Musailamah al-Kadzdzab. Suasana semakin kacau balau, sementara
ash-Shiddiq ra. tetap memberangkatkan pasukan Usamah yang membuat bala
tentara di Madinah semakin berkurang. Akhir-nya keadaan ini membuat banyak
dari suku Arab bersiap-siap untuk meng-habisi dan merebut kota Madinah, namun
Abu bakar cepat tanggap dengan mendirikan pos-pos keamanan di sekitar kota dan
menunjuk para pemimpin pos-pos tersebut, di antaranya Ali bin Abi Thalib, az-
Zubair bin al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash,
Abdurrahan bin Auf dan Abdullah bin Mas’ud.
Seiring dengan itu, utusan orang-orang Arab berdatangan ke Madinah
mengakui kewajiban shalat namun mengingkari kewajiban zakat, dan ada pula
yang enggan membayarkannnya kepada ash-Shiddiq ra., dengan dalih ayat:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka.” (At-Taubah: 103).
Mereka berkata, “Kami tidak akan bayar zakat kami kecuali kepada orang
yang doanya dapat menenteramkan hati kami, bahkan ada yang membuat bait
syair:
Kami akan selalu patuh ketika Rasulullah saw. ada di antara kami
Alangkah aneh, kenapa kami harus patuh kepada Abu Bakar126
Sebagian Sahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar mem-biarkan
orang yang tidak mau membayar zakat sambil berusaha melunakkan hati mereka
hingga imán dalam dada mereka kembali kuat dan akhirnya kembali membayar
zakat. Namun Abu Bakar ash-Shiddiq ra. tidak menerima usulan itu dan tetap
bersikeras menumpas mereka.
Para perawi hadits selain Ibnu Majah meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka
dari Abu Hurairah bahwa Umar bin al-Khaththab berkata kepada Abu Bakar,
“Mengapa anda akan menumpas mereka? sementara Rasulullah saw. telah
bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan Asyhadu alia ilaha illallah wa anna Muhammad Rasululullah, jika
mereka menyatakannya maka harta dan darah mereka terjaga dariku untuk ditumpahkan
dan dirampas kecuali dengan haknya? Maka Abu Bakar menjawab, “Demi
Allah andai saja mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang sebelumnya
mereka serahkan kepada Rasulullah saw., pastilah akan kuperangi mereka semua
karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah aku pasti
akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat!”
Maka Umar berkata, “Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah mela-pangkan
hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah yang benar.127 Aku
berkata, “Allah berfirman:
‘Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (At-Taubah: 5).”
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwasanya agama Islam dibangun di atas
lima perkara: Syahadat la ilaha illallah wa anna Muhammad Rasululullah,
mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa bulan Ramadhan.
128
Al-Hafizh Ibn Asakir meriwayatkan dari dua jalan dari Syababah bin al-A’war,
dia berkata, telah berkata kepada kami Isa bin Yazid al-Madini, dia berkata, telah
berkata kepadaku Shalih bin Kaisan, dia berkata, “Ketika kemurtadan terjadi maka
Abu Bakar berpidato di hadapan manusia, setelah memuji Allah dia berkata,
‘Cukuplah segala puji milik Allah, yang telah memberikan nikmatNya dan
mencukupkannya. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dalam kondisi
ilmu tercerai berai, Islam dalam keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat
berpegang telah Iapuk dan perjanjian mereka dengan Allah telah mereka lupakan.
Akhirnya mereka sesat. Adapun Ahli kitab, maka Allah telah membenci mereka,
Allah tidak memberikan kepada mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan tidak
pula memalingkan mereka dari kejelekan yang ada pada mereka. Mereka telah
merubah-rubah kitab suci mereka dan menyisipkan perkara yang bukan termasuk
isi al-Kitab ke dalamnya.
Adapun bangsa Arab mereka tidak menyembah Allah dan tidak pernah berdoa
kepadaNya. Merekalah orang yang paling sulit kehidupannya, paling sesat
agamanya, terombang-ambing, pindah dari sana ke sini, hingga Allah menyatukan
mereka dengan datangnya Muhammad saw. Dan Allah menjadi-kan mereka
Ummat yang pertengahan. Allah memenangkan mereka dengan para pengikutnya,
dan Allah mengangkat mereka di atas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafatkan
Nabinya maka setelah itu setan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring
mereka. Dan menginginkan agar seluruh manusia binasa. Allah berfirman:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik
ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali mran: 144).
Sesungguhnya orang-orang Arab di sekitar kalian menolak menye-rahkan
zakat kambing dan unta mereka. Selama ini mereka tidak pernah sebakhil hari ini –
jika mereka kembali kepada agama mereka dan selama ini kalian tidak pernah
memegang agama sekuat hari ini. Sebagaimana yang telah kalian rasakan
keberkahan nabi kalian. Beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Maula
(Allah) Yang Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat
kemudian Dia memberi beliau petunjuk. Mendapati beliau dalam keadaan miskin
lalu Dia mencukupi beliau.
“Dan kamu telah berada di tepi jurang naar, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya.” (Ali Imran: 103).
Demi Allah akan kuperangi mereka sebagaimana Allah telah memerintahkannya
hingga Dia memenuhi janjiNya dan menyempurnakan bagi kita
perjanjianNya. Hingga ada di antara kita yang terbunuh dan akan dima-sukkan ke
dalam surga. Dan akan tersisa di antara kita orang-orang sebagai generasi penerus
dan khalifah di muka bumi ini. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah Haq, dan
janjiNya tidak akan Dia ingkari:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi.” (An-Nur: 55).
Kemudian beliau turun dari mimbar.129
Al-Hasan, Qatadah dan selainnya berkata dalam menafsirkan ayat:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang mutad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintaiNya.” (Al-Maidah: 54).
Mereka berkata, “Maksud dari ayat ini yaitu Abu Bakar dan para saha-batnya
ketika mereka berperang menumpas orang-orang yang murtad dan yang enggan
membayar zakat.”130
Muhammad Ibnu Ishaq berkata, “Orang-orang Arab kembali murtad ketika
Rasulullah saw. wafat kecuali penduduk dua masjid, Makkah dan Madinah.
Adapun kabilah Asad, Ghathafan telah murtad di bawah pimpinan Thulaihah bin
Khuwailid al-Asadi -seorang dukun- dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya
di bawah pimpinan al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Kemudian diikuti oleh Suku
Mudzhij dan sekutunya di bawah pimpinan al-Aswad bin Ka’ab al-Ansi, seorang
dukun. Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah pimpinan al-Ma’rur bin an-
Nukman bin al-Munzir. Adapun Bani Hanifah masih tetap di bawah Musailamah
bin al-Habib al-kadzdzab. Kemudian murtad pula bani Sulaim di bawah pimpinan
al-Fuja’ah yaitu yang bernama Iyas131 bin Abdullah bin Abdi Yaa lail. Adapun
bani Tamim mereka murtad dibawah komando Sajah, seorang wanita tukang
sihir.132
Al-Qashim bin Muhammad berkata, “Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi
bersatu di bawah pimpinan Thulaihah al-Asadi, dan mereka mengi-rim duta
mereka ke Madinah berhenti tepat di tengah kerumunan manusia. Mereka diterima
orang banyak kecuali Abbas, kemudian mereka dibawa kepada Abu Bakar dan
menyatakan statement mereka untuk tetap menegak-kan shalat tetapi menolak
membayar zakat. Namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, ia
berkata, ‘Andai saja mereka menahan zakat mereka dariku pasti aku akan perangi
mereka!1 Kemudian Abu Bakar menyu-ruh mereka untuk pulang ke kabilah
masing-masing. Mereka membawa berita kepada kaum masing-masing bahwa
penduduk kota Madinah jumlahnya sedikit sambil berusaha menyakinkan mereka
bahwa kota Madinah gampang direbut.
Maka Abu Bakar segera membuat posko-posko keamanan di setiap perbatasan
kota Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri
jama’ah di masjid sambil berkata, ‘Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi
orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian sedikit, kalian pasti akan
diserbu siang maupun malam hari. Musuh yang paling dekat dari kalian sekarang
sejauh satu barid. Mereka ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima
persyaratan mereka. Namun secara tegas keinginan mereka kita tolak. Oleh karena
itu bersiap-siaplah dan persiapkan diri.’
Tak berapa lama kemudian -tepatnya setelah tiga hari- mereka datang
menyerbu kota Madinah, sementara setengah dari pasukan mereka ditinggalkan di
Dzi Husan bersiap-siap untuk membantu mereka. Para penjaga keamanan yang
ditugaskan Abu Bakar melaporkan berita tersebut kepada Abu Bakar. Abu Bakar
segera memerintahkan agar mereka tetap di tempat masing-masing, kemudian Abu
Bakar keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu mereka, maka
musuh-musuh lari kocar-kacir, sementara kaum muslimin berlari mengejar mereka
dengan unta-unta yang mereka tunggangi, ketika mereka sampai di Dzi Husan
pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi datang menyerbu namun jumlah
kaum muslimin banyak dan akhirnya mereka berhasil memenangkan
pertempuran.133
……………………………………………………………………..
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RA. MEMERANGI KAUM
MURTAD YANG BERADA DI SEKITAR MADINAH
……………………………
Tepat pada bulan Jumadil Akhir tahun 11 H, Abu Bakar mengerahkan seluruh
penduduk Madinah dan para pemimpin perbatasan untuk menyerbu orang-orang
Arab yang murtad sekitar Madinah ataupun turut membantu musuh yang
sebelumnya menyerang Madinah.
Tatkala pasukan Abu Bakar bertemu dengan musuh yang berasal dari Bani
Abs, Bani Murrah, Dzubyan dan yang turut bersama mereka dari Bani Kinanah,
datang bala bantuan dari Thulaihah bersama keponakannya134 yang bernama
Hibal. Ketika dua pasukan ini bertemu, musuh berhasil membuat tipu daya dengan
meniupkan suara seperti seruling dari atas gunung yang membuat unta-unta kaum
muslimin lari kocar-kacir mendengarkannya, maka hingga malam hari mereka
belum dapat ditumpas dan akhirnya pasukan kaum muslimin kembali ke Madinah.
Setelah kejadian ini musuh meng-anggap kaum muslimin sudah lemah. Mereka
mengirim utusan kesuku-suku mereka agar mendatangkan bala bantuan dari arah
lain. Maka mereka pun mulai berkumpul.
Malam itu Abu Bakar dalam keadaan siaga sambil memberi penga-rahan dan
motivasi kepada kaum muslimin. Di akhir malam beliau keluar membawa seluruh
pasukan untuk menyerbu musuh. Di sayap kanan pasukan di pimpin oleh an-
Nu’man bin Muqarrin, di sayap kiri berdiri saudaranya, Abdullah bin Muqarrin.
Dan di garis tengah pasukan di pimpin oleh Suaid bin Muqarrin. Ketika fajar
terbit, kedua pasukan telah bertemu, mereka tidak menyadari kedatangan kaum
muslimin sedikitpun, hingga pedang-pedang kaum muslimin menghabisi mereka.
Dan ketika matahari telah terbit mereka lari tunggang langgang dihujani anak
panah kaum muslimin dari belakang, dalam peperangan ini Hibal terbunuh dan
Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di Dzil Qashshah.135 Dan inilah awal
kemenangan, orang-orang musyrikin dihinakan dan kaum muslimin menjadi mulia
dan disegani.
Sebelumnya Bani Dzubyaan dan Abs telah menyerang kaum muslimin dan
membunuh mereka. Pasukan yang menyertai di belakang mereka juga turut
berbuat hal yang sama. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh setiap suku
sebanyak mereka membunuh jiwa kaum muslimin dan bahkan lebih. Peperangan
ini dianggap sangat berpengaruh untuk kemajuan dan kemenangan Islam. Dengan
peperangan ini kaum muslimin ditakuti di setiap kabilah Arab, dan orang-orang
kafir di setiap kabilah menjadi hiña dina. Akhirnya Abu Bakar kembali ke
Madinah dengan membawa kemenangan dan harta rampasan perang.
Pada malam harinya mulai berdatangan ke Madinah zakat yang dise-rahkan
oleh Adi bin Abi Hatim, Shafwan, dan az-Zibriqan. Utusan pertama datang di awal
malam, kedua di tengah malam dan yang ketiga datang di akhir malam. Dan berita
bembira ini dibawa oleh pemimpin posko keamanan yang berada di perbatasan.
Orang yang membawa berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash,
dan orang yang memberitakan kedatangan az-Zibriqan adalah Abdurrahman bin
Auf, dan orang yang memberitakan kedatangan Adi bin Abi Hatim adalah
Abdullah Ibnu Mas’ud, ada yang mengatakan Abu Qatadah al-Anshari. Peristiwa
ini terjadi tepatnya enam puluh malam setelah Rasulullah saw. wafat.”136
…………………………………………………………………………
KEMBALINYA PASUKAN USAMAH DAN EKSPEDISI
LAIN YANG DIPIMPIN OLEH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
RA.
………………………..
Tak berapa lama kemudian, pasukan Usamah bin Zaid kembali ke Madinah. la
langsung ditunjuk oleh Abu Bakar untuk menggantikannya se-bagai amir di kota
Madinah, sambil menginstruksikan agar mereka bersiap-siap dengan kuda-kuda
mereka.
Setelah itu Abu Bakar keluar membawa pasukan yang sebelumnya turut
bertempur bersamanya menuju Dzil Qashshah, waktu itu ada yang memberi usul
agar beliau kembali ke Madinah dengan menyuruh seseorang menggantikan
posisinya. Namun Abu Bakar berkata, “Tidak, demi Allah aku tidak akan kembali,
aku tidak akan biarkan kalian berperang sementara aku menyelamatkan diriku!”
Setelah itu beliau segera keluar membawa pasukannya ke Dzi Husan dan Dzil
Qashshah, sementara an-Nukman, Abdullah dan Suwaid tetap dalam formasi
semula hingga mereka sampai di kediaman penduduk Rabadzah di Abraq, di sana
mereka bertemu dengan sekelompok orang dari Bani Abs dan Dzubyaan serta
Bani Kinanah. Pertempuran kembali terjadi dan Allah memberikan kekalahan
kepada al-Haris dan Auf, sementara al-Hathi’ah tertawan. Akhirnya Bani Abs dan
Dzubyan lari tunggang langgang dan Abu Bakar berhasil menguasai al-Abraq dan
berdiam di sana selama beberapa hari, sementara Bani Dzubyaan menelan kalah di
seluruh pelosok negeri.
Abu Bakar berkata, “Haram bagi Bani Dzubyan untuk berdiam di tempat
mereka, setelah Allah menjadikan negeri mereka harta rampasan perang untuk
kami!”
Kemudian Abu Bakar menjadikan al-Abraq137 sebagai wilayah untuk makanan
unta kaum muslimin, dan menjadikan seluruh tanah Rabadzah sebagai tempat
mengembala bagi orang banyak.
Ketika Bani Abs dan Dzubyan lari, mereka mendatangi Thulaihah yang sedang
berdiam di Buzakhah138 untuk berkomplot dengannya. Ziyad bin Hanzhalah
membacakan syairnya menceritakan peperangan di al-Abraq:
Kami telah menyaksikan peperangan di Abariq
Bagaimana Dzubyan sedang bergejolak terbakar amarah
Kami menyerang mereka dengan tiba-tiba
Dengan pasukan ash-Shiddiq ra. ketika ia meninggalkan celaan bagi mereka139
……………………………………………………………..
KEBERANGKATAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RA. KE
DZUL QASHSHAH UNTUK MELANTIK 11 KEPALA
BATALYON
………………………….
Setelah pasukan Usamah beristirahat, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. berangkat
menghunus pedangnya membawa pasukan Islam menuju Dzul Qashshah, yang
berjarak satu marhalah dari kota Madinah. Sementara Ali bin Abi Thalib menarik
kendali kekang unta Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Para sahabat termasuk Ali dan
lainnya berusaha membujuk Abu Bakar untuk kembali ke Madinah, agar posisinya
memimpin pasukan diganti oleh para panglima Islam yang gagah berani, maka
Abu Bakar memenuhi tuntutan mereka dan melantik sebelas pemimpin pasukan,
yaitu:
1. Khalid bin Walid, bertugas menumpas Thulaihah bin Kuwailid, apabila selesai ia bertugas menumpas Malik bin Nuwairah di Buthah jika mereka mengadakan perlawanan.
2. Ikrimah bin Abu JahaL ditugaskan menumpas Musailamah.
3. Syurahbil bin Hasanah, ditugaskan mengikuti Ikrimah menuju Musailamah al-Kadzdzab.
4. Muhajir bin Abi Umayyah, diperintahkan menumpas pasukan al-‘Ansi dan
sebagai bantuan bagi para anak-anak raja Yaman untuk me-nundukkan Qais
bin Maksyuh karena ia telah melepaskan diri dari ketaatan terhadap pemerintah
kaum muslimin.
5. Khalid bin Sa’id bin al-Ash, diperintahkan berangkat menuju perba-tasan
kota Syam.
6. Amru bin al-Ash, ditugaskan untuk berjalan menuju Jumaa’ tempat
Qudha’ah, Wadiah dan al-Harist.
7. Hudzaifah bin Mihsan al-Ghalfani140 diperintahkan menumpas pendu-duk
Daba.141
8. Arfajah bin Hartsamah142, diperintahkan berangkat ke Mahrah.143
9. Thuraifah bin Hajiz144 diperintahkan menuju Bani Sulaim dan suku
Hawazin.
10. Suwaid bin Muqran, diperintahkan menuju Tihamah Yaman.
11. Al-Ala bin al-Hadhrami, diperintahkan menuju Bahrain.
………………………………………………………………………..
SURAT ULTIMATUM KEPADA KAUM MURTAD
……………………………….
Abu Bakar telah membekali setiap panglima pasukan sepucuk surat kepada
orang-orang yang murtad, dan memerintahkan setiap panglima berangkat dengan
kelompoknya masing masing, mereka mulai berpisah di Dzul Qashshah, setelah
itu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. kembali ke Madinah, inilah isi surat tersebut:
Bismillahirrahmanirrahim
Dari Abu Bakar Khalifah Rasulullah saw.
Kepada orang-orang yang menerima surat ini, secara umum maupun khusus,
baik yang tetap di atas keislamannya maupun yang telah murtad dari Islam.
Keselamatanlah bagi yang mengikuti petunjuk, tidak kembali kepada kesesatan dan
hawa nafsu. Sesungguhnya nku memuji Allah kepada kalian, tiada sekntu bagiNya,
dan aku bersaksi Muhammad adalah hamba Allah utusanNya. Kami meng-akni syariat
yang dibawanya, mengkafirkan orang yang enggan menerima syariatnya dan akan
memerangi mereka.
Amma ba’du,
Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dengan kebenaran yang ada di
sisiNya kepada seluruh manusia dengan membawa berita gembira dan ancaman,
datang menyeru manusia dengan izinNya, beliau ibarat lentera penyuluh yang
membaiva berita menakutkan bagi orang yang hidup, dan akan menetapkan hukuman
terhadap orang-orang yang kafir.
Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa-siapa yang mengikutinya,
sebaliknya Rasulullah saw. akan memerangi siapa saja yang berpaling dari
agama ini, hingga akhirnya mereka masuk ¡slam baik secara suka rela maupun
terpaksa.
Kemudian Rasulullah saw. wafat, dan beliau telah menjalankan seluruh perintah
Allah, menasehati umatnya, menunaikan seluruh beban yang dipikulnya.
Allah menerangkan dalarn kitabNya yang diturunkan kepada Rasulullah saw.
untuk seluruh kaum muslimin dengan firmanNya yang berbunyi:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).”
(Az-Zumar: 30).
Allah juga berfirman:
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu
(Muhammad), moka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (Al-Anbiya’: 34).
Demikian pula firmannya:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik
ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, moka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 144).
Maka barangsiapa menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad
telah wafat dan barangsiapa menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Hidup dan
tidak akan mati, Dia tidak pernah merasa mengantuk ataupun tertidur, selalu
memelihara urusanNya dan akan memberi balasan kepada musuh-musuhNya.
Di sini aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bertaqwa kepada Allah, niscaya
ganjaran kalian akan kalian dapatkan dari Allah dan dari apa-apa yang telah dibawa
oleh Nabi kalian. Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnah Rasidullah dan
agama Allah, sesungguhnya siapa saja yang tidak diberi petunjuk oleh Allah pasti
akan tersesat, sebaliknya siapa yang tidak ditolong oleh Allah maka pasti dihinakan.
Dan barangsiapa diberi petunjuk oleh selain Allah maka dia akan tersesat, Allah
berfirman:
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat
petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkanNya, maka kamu tidak akan mendapat
seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Al-Kahfi: 17).
Allah tidak akan menerima di dunia amal apapun hingga beriman kepadaNya.
Dan Dia tidak akan menerima di akhirat kelak tebusan maupun suapan.
Telah sampai kepadaku berita bahwa di antara kalian ada sekelompok orang
yang kembali murtad kepada agama lamanya setelah dia mengakui Islam dan mengamalkannya,
karena merasa sombong terhadap Allah, jahil terhadap perintahNya, dan
karena mengikuti ajakan setan, Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu
kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin,
maka ia mendurhakai perintah Rabbnya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripadaKu, sedang mereka adalah
musuhmu Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang
zhalim.” (Al-Kahfi: 50).
Allah berfirman:
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggap-lah
ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni naar yang menyala-nyala.” (Al-Fathir:
6).
Sesungguhnya aku mengutus kepada kalian panglima-panglimaku (……..) dengan
pasukan yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik. Aku telah perintahkan agar mereka tidak menerima dan kalian
kecuali iman kepada Allah, dan tidak memerangi kalian hingga mereka mendakwahi
musuh terlebih dahulu kepada Allah swt. Jika orang yang diseru tersebut memenuhi
seruan utusanku ini dan mengakui serta beramal shalih maka itulah yang diharapkan
darinya dan dia akan dibantu, tetapi jika orang yang didakwahi itu menolak maka
hendaklah dia diperangi hingga ia man kembali kepada syariat Allah.
Aku pesankan kepada utusanku agar tidak menyisakan mereka sedikitpun,
‘lendaklah mereka dibakar dengan api, dan dibunuh sebenar-benarnya. Kemudian
menaivan para wanita dan anak-anak mereka, jangan diterima dari seorangpun
kecuali kembali kepada Islam. Barangsiapa mengikuti mereka itu lebih baik bagi
dirinya, tetapi barangsiapa tidak mengindahkan ajakan mereka maka sesunguhnya ia
tidak akan dapat melemahkan Allah. Aku telah perintahkan utusanku untuk membacakan
surat ultimatum ini di tempat-tempat berkumpul kalian.
Tanda-tanda keislaman kalian adalah dikumandangkannya adzan, maka jika
adzan dikumandangkan, mereka tidak akan diperangi, namun jika mereka tidak
mengumandangkan adzan maka mereka akan diserang dengan segera.
Aku pesankan kepada utusanku jika mendengar mereka mengumandangkan .-
adzan, sampaikanlah kepada mereka kewajiban sebagai orang mukmin, tetapi jika mereka
menolak maka perangilah mereka. Sebaliknya jika mereka menerima itulah yang
terbaik buat mereka dan mereka akan diperlakukan sebagaimana mestinya.145
………………………………………………………………………….
PEMBERONTAKAN ASWAD AL-ANSI DI YAMAN
SEMASA RASULULLAH SAW. HIDUP
……………………………
Nama lengkapnya adalah ‘Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts, dari negeri yang
dikenal dengan nama Kahf Khubban.146 Dia memiliki 700 personil yang
dipersenjatai. Sebelumnya dia pernah menuliskan surat kepada perwakilan Nabi
yang berisi, “Wahai orang-orang yang menjajah kami, kembalikan kepada kami
harta yang telah kalian ambil dari hasil tanah kami, kembalikan apa yang kalian
kumpulkan, sebab kami lebih berhak untuk memilikinya, dan kalian tetap
sebagaimana biasa dengan apa yang kalian miliki.”
Setelah itu dia berjalan menuju Najran dan menaklukkannya dalam sepuluh
malam. Kemudian dia melanjutkan lagi perjalanannya ke Shan’a. Di sana dia
berhadapan dengan Syahr bin Bazan yang mengajaknya untuk perang tanding,
akhirnya perkelahian terjadi dan Aswad berhasil membunuh Syahr sekaligus
melumpuhkan pasukannya. Sejak itu dia menjajah negeri Shan’a, setelah 25
malam keluar dari tempatnya, maka Mu’adz bin Jabal melarikan diri dari tempat
itu dan menemui Abu Musa al-Asy’ari, maka keduanya berangkat menuju
Hadramaut dan menemui salah seorang perwakilan Rasulullah saw. di sana yang
bernama Thahir bin Abi Halah, maka segera Amru bin Hazm147 dan Khalid bin
Sa’id bin al-Ash kembali ke Madinah, dengan itu maka seluruh Yaman dikuasai
oleh Aswad al-Ansi, dan kejahatan yang dilakukannya telah tersebar ke manamana.
Jumlah pasukannya ketika berhadapan dengan Syahr sebanyak 700 pa-sukan
berkuda, di antaranya adalah panglimanya, Qais bin Abd Yaghuts, Muawiyah bin
Qais, Yazid bin Muharram, Yazid bin Husain al-Haritsi148 dan Yazid bin al-Afkal
al-Azdi. Kerajaannya menjadi kuat, dan semakin sulit ditaklukkan, sejak itu
banyak penduduk Yaman yang murtad.
Kaum muslimin yang tinggal di sana berusaha bergaul dengan mereka dengan
cara taqiyyah, dan di antaranya adalah gubernur untuk wilayah Maz-haj yaitu
Amru bin Ma’di Karib. Masalah ketentaraan diserahkan kepada Qais bin Abd
Yaghuts, dan urusan anak-anak jajahan Persia diserahkan kepada Fairuz ad-
Dailami dan Dadzawaih. Dia menikahi istri Syahr bin Bazan yang merupakan
sepupu dari Fairuz ad-Dailami yang bernama Azadz, istrinya adalah seorang
wanita yang baik dan cantik. Di samping itu ia adalah seorang wanita yang
beriman kepada Allah dan RasulNya Muhammad saw, dan termasuk dari wanita
yang shalihah.
………………………………………………………………….
Perlawanan Terhadap Aswad al-‘Ansi dan Kisah
Terbunuhnya
……………………………..
Saif bin Umar at-Tamimi berkata, Ketika sampai kepada Rasulullah saw. SH
berita Aswad al-Ansi yang dibawa oleh Wabar bin Yunanis ad-Dailamim maka
Rasulullah saw. mengirim surat ke Yaman, dalam surat tersebut Rasulullah saw.
memerintahkan kaum mulimin di Yaman agar membunuh Aswad al-‘Ansi, maka
Mu’adz bin Jabal berusaha melaksanakan perintah ini sebaik-baiknya. Sebelumnya
Mu’adz telah menikahi seorang wanita dari as-Sakun yang bernama Ramlah,
dengan pernikahan itu maka orang as-Sakun menjadi setia terhadap Mu’adz
disebabkan hubungan pernikahan dengan puteri mereka. Maka mereka
menyampaikan surat Rasulullah saw. ini kepada perwakilan Nabi dan kepada siapa
saja yang dapat disampaikan. Akhirnya mereka sepakat untuk bergabung bersama
Qais bin Abd Yaghuts -panglima tentara Aswad- yang telah membelot disebabkan
perbuatan Aswad yang menghina-kannya, memarahinya bahkan nyaris
membunuhnya, demikian juga mereka bersepakat dengan Fairuz dan Dadzawaih.
Ketika Wabar bin Yuhannis memberitakan surat Nabi kepada Qais bin Abd
Yaguts, yaitu Qais bin Maksyuh, seolah-olah dia menerima berita dari langit,
maka mereka sepakat untuk membinasakan Aswad, dengan dukungan seluruh
kaum muslimin. Tatkala mereka sepakat merahasiakannya, maka Setan al-Aswad
memberitakan kabar ini kepada al-Aswad, maka segera Aswad memanggil Qais
bin Maksyuh dan berkata, “Wahai Qais apa yang telah dikatakan oleh
pembisikku?” Qais bertanya, “Apa yang dikatakannya?” al-Aswad menjawab,
“Dia berkata padaku, Engkau telah memuliakan Qais hingga kini kedudukannya
sama sepertimu, namun dia cenderung menjadi musuhmu, dan berusaha merebut
kerajaanmu, sambil menyembunyikan di dalam hatinya niat untuk membunuhmu!”
Dia berkata, “Wahai Aswad betapa pilu nasibmu maka rebutlah kekuasaan dari
Qais dan bunuhlah dia, jika tidak maka dia akan merebut kekuasaanmu!”
Maka Qais berkata sambil bersumpah, “Dia telah berbohong demi Dzi Himar
sesungguhnya engkau di mataku sangat mulia dan lebih agung dari apa-apa yang
aku sembunyikan dalam diriku!” Maka al-Aswad berkata padanya, “Alangkah
beraninya dirimu? Bagaimana engkau mengatakan malaikat yang membisikkan
padaku berbohong? Padahal malaikatku jujur, dan aku tahu sekarang bahwa
dirimu telah taubat berdasarkan pengelihatan mata hatiku terhadap dirimu.”
Setelah itu Qais keluar dari sisinya dan datang kepada teman-temannya, yakni
Fairuz dan Dadzawaih, dan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan al-
Aswad. Mereka berkata, “Kita harus berhati-hati, apa rencana selanjutnya?”
Tatkala mereka sedang berunding tiba-tiba mereka dipanggil utusan al-Aswad
untuk segera menemuinya.
Al-Aswad berkata, “Bukankah kalian telah aku muliakan dari kaum kalian?”
Mereka menjawab, “Ya!” Kemudian dia melanjutkan, “Apa yang telah aku dengar
dari kalian?” Mereka menjawab, “Maafkan kami kali ini!” Al-Aswad berkata,
“Jangan sampai terdengar sekali lagi tentang perbuatan kalian hingga aku tidak
akan maafkan kalian!”
Qais berkata, “Maka kami keluar dari hadapannya dalam keadaan gerak-gerik
kami dimata-matai. Kami benar-benar dalam bahaya. Dalam kon-disi demikian
maka kami menerima surat-surat dari dari Amir bin Syahr pemimpin wilayah
Hamdan, pemimpin Dzi Zhulaim, Dzi Kalaa’ dan gubernur \ aman lainnya yang
isinya siap tunduk dan patuh dalam membantu kami untuk menentang al-Aswad.
Disebabkan surat Rasulullah saw. yang sampai kepada mereka yang berisi perintah
membunuh al-Aswad al-‘Ansi, maka kami balas surat mereka yang isinya, “Jangan
berbuat hal-hal yang mencurigakan terlebih dahulu hingga kami perintahkan.”
Qais berkata, “Aku masuk ke rumah istri al-Aswad, Azadz dan berkata, Wahai
puteri pamanku, engkau telah mengetahui kejahatan lelaki ini pada kaummu, dia
telah membunuh suamimu, dan membunuh banyak kaummu, dia suka melecehkan
kaum wanita. Apakah engkau punya niat untuk mem-balas sakit hatimu padanya?”
Dia bertanya, “Apa yang bisa aku lakukan?” Kukatakan padanya, “Usir dia
keluar!” la berkata, “Atau kita bunuh saja?” Kukatakan, “Ya!” la berkata, “Demi
Allah tidak pernah aku membenci seseo-rang lebih dari benciku kepadanya, dia
tidak pernah sedikitpun menunaikan kewajibannya kepada Allah dan tidak pula
mau mencegah dirinya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Jika kalian telah siap
maka beritahukan aku, aku akan beri petunjuk kepada kalian mengenai masalah
ini!”
Aku keluar menemui Fairuz dan Dadzawaih yang sedang menunggu. Mereka
ingin segera melaksanakan niat mereka, ketika mereka berkumpul tiba-tiba al-
Aswad memanggil Qais untuk menghadapnya, segera Qais masuk membawa
sepuluh orang dari kaumnya. Al-Aswad berkata, “Bukankah aku telah
menyampaikan kebenaran kepadamu sementara engkau menyampaikan
kebohongan kepadaku?” Pembisikku mengatakan, “Alangkah jelek nasibmualangkah
jelek nasibmu! Jika engkau tidak segera memotong tangán Qais maka dia
akan memotong lehermu!” Ketika itu Qais telah pasrah dan meng-anggap dirinya
pasti akan terbunuh. Namun Qais menjawab, “Itu tidak benar, bagaimana mungkin
hal itu aku lakukan sebab engkau adalah Rasul utusan Allah, maka jika engkau
bunuh aku itu lebih aku sukai daripada kematian-kematian yang aku rasakan setiap
hari!” Maka al-Aswad merasa iba padanya dan menyuruhnya keluar.
Qais keluar menemui rekan-rekannya dan berkata, “Sekarang mari kita mulai
bekerja, ketika mereka sedang berdiam di pintu dan bermusyawarah, tiba-tiba al-
Aswad keluar menemui mereka sementara telah dikumpulkan untuknya 100 ekor
hewan berupa lembu maupun unta. Dia berdiri membuat satu garis, dengan tidak
melangkahi garis dia mulai menyembelih unta-unta dan hewan-hewan tersebut
dengan buasnya, hingga hewan-hewan itu binasa.
Qais berkata, “Aku tidak pernah melihat suatu perkara yang lebih men-jijikkan
daripada hari ini, tidak pernah aku temui suatu hari yang lebih buas daripada hari
ini.” Tiba-tiba al-Aswad berkata, “Apakah benar yang aku dengar tentangmu hai
Fairuz? Sesungguhnya aku ingin menyembelihmu sebagaimana hewan-hewan ini,”
dia menunjukkan tombaknya kepada Fairuz.
Fairuz menjawab, “Kami telah memilihmu menjadi ipar kami, dan engkau
telah memuliakan kami dari seluruh kaum kami. Jika engkau bukan seorang Nabi
maka mustahil kami mau menjual diri kami untukmu. Apa lagi jika seluruh
kenikmatan dunia dan akhirat kami ada di tanganmu? Maka jangan pernah engkau
terima berita tentang kami seperti apa yang kau dengar, kami akan berbuat apa
yang engkau suka!” Akhirnya al-Aswad senang mendengar itu dan menyuruhnya
untuk membagi-bagikan daging hewan tersebut.
Fairuz membagi-bagikan daging tersebut kepada penduduk Shan’a, kemudian
segera kembali menemui al-Aswad. Ternyata dia mendapati seorang lelaki yang
tengah menyarankan pada al-Aswad agar membunuh Fairuz sementara Fairuz
mendengar seluruhnya dengan sembunyi-sembunyi. al-Aswad berkata, “Aku pasti
akan membunuhnya beserta rekan-rekannya besok. Ikutlah bersamaku besok
pagi!” Kemudian dia menoleh dan ternyata Fairuz hadir di situ, segera Fairuz
menginformasikan tentang daging-daging yang telah dibagikannya kepada
penduduk Shan’a, kemudian al-Aswad kembali ke rumahnya dan Fairuz
memberitahukan berita yang didengarnya kepada rekan-rekannya.
Mereka sepakat untuk mendatangi istri al-Aswad, sesampainya di sana salah
seorang dari mereka -yaitu Fairuz- masuk menemuinya, wanita itu berkata, “Tidak
ada satu rumahpun kecuali dikelilingi oleh penjaga kecuali rumah ini, maka
ketahuilah sesungguhnya punggungnya menghadap ke arah jalan. Jika hari telah
malam bersiap-siaplah untuk menghabisinya tanpa sepengetahuan penjaga. Tidak
ada jalan kecuali harus membunuhnya, dan aku akan meletakkan di dalam rumah
lampu dan senjata.”
Tatkala Fairuz keluar rumah dia berpapasan dengan al-Aswad dalam keadaan
murka padanya dan berkata, “Beraninya engkau masuk menemui istriku?” Sambil
memukul kepalanya, sebaaimana diketahui bahwa al-Aswad terkenal déngan
kekejamannya. Tiba-tiba istrinya itu menjerit dan membuat al-Aswad terkejut,
andaikata tidak demikian niscaya dia akan membunuh Fairuz. Istrinya berteriak,
“Dia sepupuku, sedang datang mengunjungiku!” Al-Aswad berkata, “Diamlah!
Celaka kamu ini, aku lepaskan dia karenamu!” Maka Fairuz segera keluar
menemui rekan-rekannya dan memberitakan kabar tersebut. Mereka bingung tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Kemu-dian istri al-Aswad mengirim pesan kepada
mereka yang isinya, “Jangan ragu terhadap apa yang telah kalian rencanakan,
maka Fairuz masuk menemuinya dan menanyakan kabar berita yang terjadi. Dan
akhirnya mereka masuk ke dalam rumah tersebut mempersiapkan segalanya untuk
memudahkan rencana pembunuhan al-Aswad. Kemudian dia duduk seolah-olah
sedang berkunjung, tiba-tiba al-Aswad masuk dan bertanya, “Siapa ini?” Istrinya
menjawab, “Dia adalah saudaraku satu susuan dan sepupuku.” Maka al-Aswad
membentaknya dan menyuruhnya keluar, segera Fairuz menemui sahabatsahabatnya.
Pada malam hari, mereka memasuki rumah tersebut dan mendapati ada lampu
di bawah piring. Fairuz maju mendekati al-Aswad yang sedang tertidur pulas di
atas kasur yang terbuat dari sutera. Kepalanya tertekuk ke arah badannya dalam
keadaan mabuk sambil mendengkur. Sementara istrinya duduk di sisinya, tatkala
Fairuz berdiri di pintu kamar itu tiba-tiba setan al-Aswad mendudukkannya sambil
berkata seolah-olah Aswad yang sedang berkata, -sementara dia masih
mendengkur-, “Ada apa antara aku dan dirimu wahai Fairuz?” Fairuz takut jika dia
kembali dirinya dan wanita itu akan binasa, maka dengan segera dia mencekik al-
Aswad yang besarnya seperri unta jantan. Lalu Fairuz menarik kepalanya dan
memotong lehernya, sambil melipatkan kedua lututnya ke arah belakang tubuh
hingga akhirnya Fairuz berhasil membunuhnya, segera Fairuz bangkit berdiri akan
memberitahukan kepada rekan-rekannya, maka wanita itu menarik bajunya dan
berkata, Bagaimana engkau pergi meninggalkan keluargamu di sini?” Wanita itu
mengira Fairuz belum membunuhnya. Fairuz menjawab, “Aku keluar untuk
memberitahu mereka bahwa dia telah aku bunuh, mereka langsung masuk
bersama-sama dan memenggal kepalanya, namun setannya berusaha menggerakgerakkan
kepalanya, tetapi belum sempurna terbunuh hingga dua orang dari
mereka duduk di atas punggungnya dan wanita itu menjambak rambutnya,
sementara mulutnya masih berkata-kata. Hingga salah seorang dari mereka
memenggal kepalanya, dia menjerit sekuat-kuatnya seolah-olah kerbau yang
disembelih. Para pengawal berhamburan ke rumah al-Aswad dan bertanya, “Suara
apa itu?” Istrinya menjawab, “Itu adalah suara Nabi sedang menerima wahyu!”
Akhirnya mereka kembali.
………………………………………………………………………….
Maklumat Tentang Terbunuhnya al-Aswad
…………………………
Qais, Dadzawaih dan Fairuz duduk bermusyawarah bagaimana cara
memberitakan kepada pengikutya tentang terbunuhnya al-Aswad. Akhirnya
mereka sepakat untuk mengumandangkan adzan subuh yang merupakan syi’ar
kaum muslimin.
Ketika pagi datang, maka salah seorang dari mereka yakni Qais berdiri
mengumandangkan adzan, seketika berkumpulah seluruh kaum muslimin dan
orang-orang kafir di sekitar benteng, maka Qais -sebagian mengatakan Wabar bin
Yuhannis- meneriakkan kalimat syahadat, “Asyhadu anna Muhammad Rasulullah
saw., dan aku bersaksi bahwa ‘Abhalah (al-Aswad) adalah pendusta!” Sambil
melemparkan kepalanya ke tengah-tengah mereka. Maka bertekuk lututlah seluruh
pengikutnya dan orang-orang sibuk mengejar mereka di setiap jalan sambil
menawan mereka, dengan demikian Islam dan kaum muslimin menang, dan para
perwakilan Rasulullah saw. kembali kepada peker-jaan mereka masing-masing.
Sementara ketiga orang tadi berselisih siapa yang menjadi pemimpin, akhirnya
mereka sepakat untuk mengangkat Mu’adz menjadi imam shalat.
Mereka segera menuliskan berita terbunuhnya al-Aswad kepada Rasulullah
saw. padahal beliau telah mendapat berita hal itu dari Allah pada malam harinya.
Saif bin Umar at-Tamimi berkata dari Abul Qashim as-Sanawi dari al-Ala’ bin
Ziyad, dari Ibnu Umar dia berkata, “Telah sampai berita kepada Nabi pada malam
terbunuhnya al-‘ Ansi, beliau memberitakan kabar gembira kepada kami, dengan
sabdanya, “Telah terbunuh al-Ansi tadi malam, dia dibunuh oleh seorang yang
penuh berkah dari keturunan yang berkah pula.” Ditanya-kan kepada beliau,
“Siapa yang telah membunuhnya wahai Rasulullah saw.?” Rasul menjawab,
“Fairuz, Fairuz telah menang.”149
Saif bin Umar meriwayatkan dengan sanadnya dari Fairuz dia berkata, “Kami
membunuh al-Aswad, maka kondisi kota Shan’a kembali normal seperti sediakala.
Kemudian kami mengirim surat kepada Mu’adz bin Jabal dan kami rela dengan
keputusannya, maka ia shalat mengimami kami di Shan’a, dan Demi Allah tidak
lebih tiga hari ia shalat mengimami kami hingga sampailah kepada kami berita
bahwa Rasulullah saw. telah wafat. Dan akhirnya urusan menjadi kacau balau.
Kami banyak mengingkari hal-hal yang sebelumnya telah kami ketahui, seolah
bumi berguncang.
Berita mengenai al-Ansi telah sampai kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. di
akhir bulan Rabiul Awwal150 setelah beliau mempersiapkan pasukan Usamah. Ada
yang mengatakan bahwa berita gembira terbunuhnya al-‘Ansi sampai pada pagi
hari wafatnya Rasulullah saw. HI, namun pertdapat yang pertama lebih masyhur,
wallahu a’lam.
Intinya, baru pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dicapai kesepakatan di
antara mereka untuk bersatu mengurus kemaslahatan mereka.
Abu Ja’far Ibnu Jarir berkata, “Telah berkata kepadaku Umar bin Syabbah an-
Numairi, dia berkata, aku diberitahu oleh Ali bin Muhammad -yaitu al-Madinidari
Ma’syar dan Yazid bin Iyadh bin Ja’d dengan sanadnya, dan Ghassan bin
Abdul Hamid, dan Juwairiyyah bin Asma, dari guru mereka yang berkata, ‘Abu
Bakar memberangkatkan pasukan Usamah di akhir Rabiul Awwal, sementara
berita terbunuhnya al-Aswad al-‘Ansi baru sampai pada akhir Rabi’ul Awwal
setelah keberangkatan pasukan Usamah, itulah berita kemenangan pertama yang
sampai kepada Abu Bakar ketika beliau berada di Madinah.151
………………………………………………………………………………
MURTADNYA PENDUDUK YAMAN SETELAH RASUL
WAFAT
…………………………………….
Kami telah sebutkan bahwa ketika al-Aswad al-‘Ansi -semoga Allah —
melaknatnya- menguasai Yaman, dia banyak menyesatkan penduduk Yaman -ian
hingga sebagian besar balik murtad dari Islam, bahkan mayoritas dari mereka
murtad. Sebelumnya telah kita sebutkan bahwa ketiga Amir yaitu Qais bin
Maksyuh, Fairuz ad-Dailami dan Dadzawaih yang telah membunuh akAswad.
Namun ketika sampai ke telinga mereka tentang wafatnya Rasulullah saw. maka
penduduk Yaman semakin menjadi bingung -semoga Allah menyelamatkan kita
dari kebimbangan-.
Qais bin Maksyuh berusaha menjadi pemimpin di Yaman. Dia bekerja untuk
itu bahkan turut murtad dari Islam. Masalahnya, dia diikuti banyak orang-orang
awam penduduk Yaman. Abu Bakar segera mengirim surat kepada para pemimpin
di Yaman agar mereka bergabung bersama Fairuz untuk menggulingkan Qais bin
Maksyuh, sambil menunggu kedatangan bala tentaranya dalam waktu secepat
mungkin.
Qais berusaha untuk membunuh dua saingannya. Namun dia hanya iapat
membunuh Dadzawaih. Adapun Fairuz dapat menghindar darinya. ^ais sengaja
mencampur racun dalam makanan dan mengirimkannya kepada dadzawaih, ketika
makan tersebutsampaiDazawaihlangsung melahapnya rir.gga ia tewas. Kemudian
dia juga mengirim utusan kepada Fairuz agar datang kepadanya, dipertengahan
jalan Fairuz mendengar dua wanita saling bercerita dan berkata, “Orang ini
(Fairuz) demi Allah akan terbunuh pula sebagaimana rekannya kemarin terbunuh!”
Mendengar itu maka dia segera kembali dan memberitahukan hal ini kepada para
sahabatnya bahwa Dadza-waih telah terbunuh. Fairuz segera keluar menuju rumah
pamannya -dari pihak ibunya di Khulan. la bersembunyi di benteng mereka, waktu
itu dia dibantu oleh kabilah Uqail, ‘Akk dan kabilah-kabilah lainnya. Namun Qais
segera mendatangi keluarga dan anak-anak Fairuz dan Dazawaih serta anak
keturunan Persia lainnya, seluruhnya diusir dari Yaman. Sebagian dikirim keluar
Yaman melalui jalan darat dan yang lain melalui jalan laut, maka Fairuz merasa
sangat marah dan dia keluar menyerbu membawa pasukan yang banyak, maka
kedua pasukan bertemu dan terjadi pertempuran yang sengit. Akhirnya Qais dan
bala tentaranya yang terdiri dari sisa pasukan al-Aswad dan orang-orang awam
kalah telak. Kemudian Qais dan Amru bin Ma’di Karib ditahan -sebelumnya Amru
telah murtad dan membai’at al-Aswad al-‘Ansi- akhirnya Muhajir bin Abi
Umayyah mengirim kedua tawanan ini kepada Abu Bakar. Abu Bakar menghujat
mereka habis-habisan, kemudian keduanya minta maaf dan Abu Bakar menerima
maaf mereka serta menye-rahkan isi hati mereka kepada Allah. Kemudian
keduanya dipulangkan kepada kaum mereka masing-masing.
……………………………………………………………………………
PERJALANAN KHALID BIN AL-WALID RA. DARI DZUL
QASHSHAH UNTUK MEMERANGI KAUM MURTAD
……………………………..
Imam Ahmad meriwayatkan dari jalan Wahsy bin Harb, bahwa ketika Abu
Bakar ash-Shiddiq ra. melantik Khalid bin Walid sebagai panglima perang operasi
penumpasan orang-orang murtad, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda, ‘Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid, ia laksana pedang
dari pedang-pedang Allah yang dihunuskan atas orang kafir dan munafiqin’ ,”152
Ketika Khalid berangkat dari Dzul Qashshah dan mulai berpisah dari Abu
Bakar ash-Shiddiq ra., Abu Bakar berjanji akan bertemu dengannya di dekat
Khaibar beserta seluruh pemimpin pasukan -mereka sengaja menunjukkan
kekuatan agar orang-orang Arab takut-. Abu Bakar memerintahkan agar Khalid
menumpas Thulaihah al-Asadi, setelah itu baru ke Bani Tamim. Ketika itu
Thulaihah al-Asadi berada di antara kaumnya di perkampungan Bani Asad, di
Ghathafan. Turut bergabung dengan mereka Bani ‘Abs dan Dzubyan.
Thulaihah mengirim utusan kepada Bani Jadilah dan Ghauts dari suku Thayyi’
agar bergabung bersama mereka. Mereka mengirimkan beberapa per-sonil
pasukan untuk mengejar dan bergabung dengan pasukan Thulaihah.
Sebelumnya Abu Bakar ash-Shiddiq ra. telah mengirim Adi bin Hatim
sebelum kedatangan Khalid bin Walid, sambil berpesan padanya, “Kejar kaummu
sebelum mereka bergabung dengan Thulaihah dan menjadi binasa.” Maka Adi
segera berangkat menuju kaumnya suku Thayyi’, dan memerintahkan mereka
untuk berbaiat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan kembali kepada Agama
Allah. Namun mereka menjawab, “Kami tidak akan membai’at Abul Fasil153
selama-lamanya -yaitu Abu Bakar-!” Adi berkata, “Demi Allah, bala tentaranya
akan datang menyerang kalian dan akan memerangi kalian hing-ga kalian
mengetahui bahwa beliau sebenar-benarnya Abul Fahl (unta jantan) yang paling
besar!” Adi terus menerus membujuk mereka dan menakuti mereka hingga
akhirnya mereka berubah menjadi lembut.
Setelah Khalid dengan tentaranya datang, dan di antara tokoh Anshar yang ikut
saat itu adalah Tsabit bin Qais bin Syammas. Khalid segera mengirim Tsabit bin
Aqram dan Ukkasyah bin Mihshan sebagai pembawa berita kepada Thulaihah,
maka keduanya bertemu dengan Hibal -keponakan Thulaihah- dan langsung
menghabisinya hingga tewas.
Ketika mendengar kematiannya Thulaihah bergegas keluar beserta sau-daranya
Salamah mengejar Tsabit dan Ukkasyah. Maka saat mereka bertemu, perkelahian
tak dapat dihindari. Namun Thulaihah berhasil membunuh Uka-syah, sementara
Salamah berhasil membunuh Tsabit bin Aqram.
Ketika Khalid datang dengan pasukannya dan melihat keduanya tewas kaum
muslimin merasa sedih dan marah. Khalid segera berangkat ke Bani Thayyi1, dan
disambut oleh Adi bin Hatim sambil berkata, “Berilah aku tempo tiga hari sebab
mereka minta tempo dariku tiga hari agar mereka dapat mengirim utusan kepada
Thulaihah dan menunggu hingga utusan tersebut kembali. Mereka takut jika
mengikutimu sekarang maka utusan mereka kepada Thulaihah akan dibunuhnya.
Dan ini tentu lebih baik daripada engkau menyegerakan mereka masuk neraka
(dengan memerangi mereka dalam keadaan murtad).”
Setelah berlalu tiga hari Khalid datang membawa 500 pasukan yang terdiri dari
suku Thayyi’ yang kembali kepada kebenaran, dengan itu jumlah pasukan Khalid
kian bertambah.
Selanjutnya Khalid bermaksud menuju Bani Jadilah dan berkata padanya,
“Beri tangguh aku beberapa hari hingga aku mendatangi mereka, semoga Allah
menyelamatkan mereka sebagaimana Dia menyelamatkan al-Ghauts.”154
Adi bin Hatim kembali mendatangi mereka dan membujuk mereka hingga
akhirnya mereka mengikutinya, setelah itu Adi membawa mereka dalam keadaan
muslim. Di antara mereka terdapat seribu penunggang kuda yang mengikuti
pasukan Khalid. Dengan demikian Adi bin Hatim dianggap manusia yang paling
berbakti dan paling berkah bagi kaumnya, semoga Allah meridhai mereka.
……………………………………………………………………………
Peperangan Buzakhah Dan Penyerangan Ke Bani Asad
……………………………
Kemudian Khalid berjalan menuju gunung Ajaa dan Salma. Di sana beliau
menyiapkan tentara dan ternyata mereka bertemu dengan Thulaihah al-Asadi di
suatu tempat yang bernama Buzakhah.
Ketika itu orang-orang Arab menyaksikan pertempuran hebat antara kedua
pasukan tersebut sambil menunggu-nunggu siapa akhirnya yang akan kalah.
Thulaihah datang membawa kaumnya dan orang-orang yang bergabung dengan
tentaranya, ketika itu Uyainah bin Hishn turut besertanya dengan membawa 700
orang dari kaum Fazarah.
Pasukan dibariskan sementara Thulaihah duduk berselimut seolah-olah
sedang menerima wahyu, menunggu apa yang diwahyukan kepadanya -menurut
anggapan mereka- sementara Uyainah terus berperang mati-matian. Ketika telah
bosan berperang Uyainah mendatangi Thulaihah yang sedang berselimut dan
bertanya, “Apakah telah datang kepadamu Jibril?” Dia men-jawab, “Belum,
kemudian Uyainah kembali bertempur dan akhirnya kembali menemuinya dan
bertanya sebagaimana pertanyaan sebelumnya. Tetapi Thulaihah masih menjawab
dengan jawaban yang sama. Pada yang ketiga kalinya Uyainah datang lagi dan
bertanya, “Apakah Jibril telah datang padamu?” Thulaihah menjawab, “Ya!”
Uyainah bertanya, “Apa dikatakannya kepadamu?” Thulaiah menjawab, “Dia
berkata bahwa engkau memiliki peng-giling gandum seperti miliknya dan akan
mengalami peristiwa yang tidak akan engkau lupakan!” Uyainah berkata, “Aku
yakin Allah telah mengetahui bahwa kelak akan terjadi atas dirimu peristiwa yang
tidak akan engkau lupakan!”
Kemudian dia berkata kepada kaumnya, Bani Fazarah, “Kembalilah kalian!”
Maka pasukannya berangkat meninggalkan Thulaihah. Ketika kaum muslimin
mendatangi Thulaihah, dia berlari mengendarai kudanya yang telah disiapkannya,
sambil membawa istrinya yang bernama an-Nawwar. Kemudian keduanya berlari
menuju negeri Syam, sementara pengikutnya kocar-kacir berserakan, Allah telah
membinasakan sebagian pengikutnya.155
Thulaihah al-Asadi murtad semasa Rasulullah saw. hidup. Ketika Rasulullah
saw. wafat, dia dibantu oleh Uyainah bin Hishn bin Badr, yang juga murtad keluar
dari Islam. Uyainah pernah berkata kepada kaumnya, “Demi Allah, Nabi dari Bani
Asad lebih aku cintai daripada Nabi dari Bani Hasyim. Muhammad telah mati
maka ikutilah Thulaihah!” Ternyata kaumnya dari Bani Fazarah mengikutinya.
Ketika keduanya dikalahkan oleh Khalid maka Thulaihah lari ke Syam
membawa istrinya dan tinggal bersama Bani Kalb. Kemudian Khalid menawan
Uyainah bin Hishn dan mengirimnya ke Madinah beserta rombongannya dalam
keadaan terikat kedua tangannya ke lehernya. la masuk ke Madinah dalam kondisi
demikian, Abu Bakar menyuruhnya bertaubat dan meng-ampuninya. Ternyata
setelah itu keislamannya menjadi baik.
Adapun Thulaihah, dia kembali bertaubat masuk Islam dan berangkat
menunaikan ibadah umrah menuju Makkah pada masa kekhalifahan Abu Bakar
ash-Shiddiq ra.. Dia malu bertatap muka dengan ash-Shiddiq ra. selama hidupnya.
Namun dia sungguh-sungguh bertaubat dan ikut bersama Khalid dalam beberapa
pertempuran. Bahkan Abu Bakar pernah menulis surat kepada Khalid, ” Ajaklah
Thuilaihah berunding dalam siasat perang, tapi jangan engkau angkat dia menjadi
amir pasukan.” Abu Bakar menyuruh Khalid agar memperlakukannya dengan
baik. Bertolak belakang dengan apa-apa yang telah diperbuatnya dan keinginannya
terhadap jabatan dan kedudukan. Ini merupakan bukti kecerdasan Abu Bakar
Khalid bin al-Walid pernah bertanya kepada sebagian pengikut Thulaihah
yang telah baik keislamannya, “Beritahukan kepada kami apa yang diwahyukan
kepada Thulaihah,” maka salah seorang menjawab, “Dia pernah berkata,
Merpati dan burung yamam dan demi awan dingin yang bertahan
Sesungguhnya kami telah berpuasa bertahun-tahun sebelum kalian
Masih banyak lagi perkataannya yang kacau balau penuh dengan khurafat
dan khayalan.
………………………………………………………………………
Surat Abu Bakar Kepada Khalid Setelah Kekalahan
Thulaihah bin Khuwailid
…………………………….
Ketika datang berita kepada Abu Bakar bahwa Khalid bin Walid telah
mengalahkan Thulaihah dan pasukannya, maka Abu Bakar menulis untuk-nya
sepucuk surat yang berbunyi,
Semoga Allah menambah kebaikan kepadamu. Takutlah kamu terhadap urusan
kamu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan yang berbuat ihsan.
Bersungguh-sungguhlah kamu dalam urusanmu dan janganlah kamu
melemah. Jangan pernah engkau biarkan seseorang dari kaum musyrik membunuh
kaum muslimin kecuali engkau akan balas dengan membunuh salah seorang dari
mereka juga.
Kemudian Khalid bermukim di Bazakhah selama sebulan sambil mengontrol
keadaan sekitarnya. Terkadang beliau berangkat ke perbatasan dan
terkadang kembali ke tempatnya untuk mencari orang-orang murtad seba-gaimana
yang telah diwasiatkan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. untuk dibunuh. Beliau pulangpergi
selama sebulan sambil menuntut balas orang-orang Islam yang dibunuh oleh
orang-orang Arab yang murtad. Sebagian dari orang-orang kafir tersebut ada yang
dibakar oleh Khalid dengan api, ada yang kepalanya dipecahkan dengan batu
besar, dan ada yang dilempar dari puncak gunung. Seluruh perbuatan itu dilakukan
agar menjadi pelajaran bagi orang-orang Arab yang murtad.157
………………………………………………………………………………….
Utusan Bani Asad dan Ghathafan Kepada Abu Bakar dan
Hukum yang Dijatuhkan atas Mereka
………………………….
Ats-Tsauri berkata, Diriwayatkan dari Qais bin Muslim, dari Thariq bin
Syihab, dia berkata, “Ketika utusan Buzakhah datang -yaitu Bani Asad dan
Ghathafan- kepada Abu Bakar meminta perdamaian, Abu Bakar memberikan
kepada mereka dua alternatif; Alternatif pertama, peperangan yang akan
menghabisi mereka atau alternatif kedua yang menghinakan mereka. Mereka
bertanya, “Wahai Khalifah Rasulullah saw., adapun peperangan yang akan menghabisi
kami sudah kami pahami, tetapi apa maksud dari alternatif kedua yang
menghinakan kami itu?” Beliau berkata, “Akan diambil dari kalian seluruh tanah
kalian, kemudian kalian biarkan orang-orang lain membajak sawah dan ladang
kalian. Hingga Allah memperlihatkan kepada khalifah nabinya dan kaum
mukminin perkara yang dapat memberikan keringanan bagi kalian. Kemudian
kalian wajib membayar apa yang kalian dapat dari kami dan kami tidak membayar
apa yang kami dapat dari kalian. Kalian harus bersaksi bahwa orang yang terbunuh
dari kami berada dalam surga dan orang yang terbunuh dari kalian berada dalam
neraka. Kalian harus membayar denda terhadap orang-oang yang terbunuh dari
kami, tetapi kami tidak membayar denda dari orang yang terbunuh dari kalian.”
Umar berkata, Adapun perkataanmu, “Kalian membayar diyat (denda)
terhadap orang kami yang terbunuh” Seharusnya tidak sesuai bagi mereka, sebab
tentara kita terbunuh dalam rangka menjalankan perintah Allah. Oleh karena itu
tidak ada diyatnya. Pada awalnya Umar tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar
itu namun akhirnya ia mengatakan, “Benar pendapat-mu!” Diriwayatkan oleh al-
Bukhari158 dari hadits ats-Tsauri.
……………………………………………………..
Kisah Ummu Ziml
………………….
Sebelumnya para pengikut Thulaihah dari Bani Ghathafan telah ber-kumpul
di bawah pimpinan seorang wanita yang bernama Ummu Ziml Salma binti Malik
bin Huzaifah- di sebuah tempat yang bernama Zhafar.159 Wanita ini termasuk
bangsawan Arab, ibunya Ummu Qirfah160 sangat terkenal dengan kemuliannya
disebabkan anaknya yang banyak, kemuliaan kabilah dan rumahnya. Ketika orangorang
tersebut berkumpul di sekelilingnya ia memberikan sugesti agar mereka
menyerang Khalid. Semangat mereka menjadi bangkit, apalagi setelah
bergabungnya Bani Sulaim, Thayyi’, Hawa-zin dan Bani Asad bersama mereka.
Terkumpullah pada mereka pasukan yang banyak, dan semakin kokoh pula
kedudukan wanita ini.
Ketika Khalid mendengar berita ini ia segera bergegas menuju mereka. Maka
terjadilah pertempuran yang hebat. Wanita itu mengendarai unta ibunya yang
katanya “Satu ekor unta jantan ini sebanding dengan seratus unta biasa” hal itu
disebabkan kemuliannya. Namun Khalid berhasil mengalahkan mereka dan
berhasil menyembelih unta tersebut dan menghabisi wanita itu. sctelah itu ia
mengirim utusan untuk membawa berita gembira ini kepada Abu Bakar ash- Shiddiq ra..161
…………………………………………………………………….
Kisah al-Fuja’ah
………………………….
Nama lengkapnya adalah lyas bin Abdullah bin Abdi Yaa lail bin Umairah
bin Khufaf dari Bani Sulaim, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Ahaq. Akhir
hidupnya mati dibakar oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ra. di pemakaman Baqi’ kota
Madinah. Adapun kisahnya bahwa dia pernah mendatangi
Abu Bakar dan Abu Bakar mengira bahwa dia telah masuk Islam sambil
menginstruksikan agar dia menyiapkan pasukan untuk memerangi oang-orang
yang murtad, akhirnya Abu Bakar dan al-Fuja’ah menyiapkan pasukan.
Ketika pasukan ini bergerak, tiap kali mereka menjumpai orang Islam
maupun orang kafir pasti akan dibunuh dan diambil hartanya. Ketika Khalid
mengetahui berita ini ia segera mengirim bala tentara untuk mengembalikannva.
Tatkala Allah memberikan kesempatan kepada Abu Bakar untuk menghukumnya,
maka Abu Bakar mengirimnya ke al-Baqi162 kemudian dalam keadaan tangán
terikat ke kepala ia dilemparkan ke dalam api hingga tewas terbakar dalam
……………………………………………………………
KISAH SAJAH DAN BANI TAMIM
……………………….
Bani Tamim berselisih pendapat, sebagian dari mereka ada yang murtad dan
enggan membayar zakat. Sebagian lainnya masih tetap membayar zakat kepada
Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Dan ada pula yang berdiam diri tidak mengambil
sikap sambil melihat situasi. Dalam kondisi demikian datanglah Sajaah binti al-
Harits bin Suwaid bin Uqfan at-Tuglabiyah dari al-Jazirah, dari kalangan Nasrani
Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Didukung oleh para pengikutnya dan
orang-orang yang bergabung dengan pasukannya mereka sepakat untuk
menyerang Abu Bakar ash-Shiddiq ra. .
Ketika melewati negeri Bani Tamim, dia mengajak Bani Tamim untuk
mengikutinya. Ternyata banyak dari kalangan awam mengikuti ajakannya. Di
antara mereka adalah Malik bin Nuwairah at-Tamimi, Atharid bin Hajib dan
sekelompok pembesar Bani Tamim. Sementara itu di sisi lain sebagian Bani
Tamim tidak mau mengikuti seruannya. Kemudian mereka sepakat agar tidak
terjadi peperangan di antara mereka. Namun ketika Malik bin Nuwairah akan
meninggalkan Sajah, ia memalingkan keinginannya dan memberikan semangat
kepada Sajah untuk menaklukkan Bani Yarbu’. Akhirnya mereka sepakat untuk
memerangi semua orang.
Mereka bertanya, “Siapa yang pertama kali kita perangi?” Maka Sajaah
menjawab dengan sajaknya,
Siapkan pasukan berkuda bersiap-siaplah untuk merampas kalahkan
Rabbab164 sebab mereka tidak memiliki perlindungan
Setelah itu Bani Tamim berhasil merubah keputusan Sajah. Ia berangkat ke
Yamamah untuk memerangi Musailamah bin al-Habib al-Kadzdzab. Namun
kaumnya segan terhadap Musailamah karena mereka mendengar tentang
kekuasaannya yang besar. Kaumnya berkata, “Kekuasaannya besar dan kuat!”
Sajah berkata kepada kaumnya, “Hendaklah kalian pergi ke Yamamah dan
pukullah genderang perang seperti pukulan merpati, sesungguhnya peperangan
pasti terjadi dan kalian tidak akan mendapat cela setelahnya.” Maka mereka
bersiap-siap untuk memerangi Musailamah.
Ketika Musailamah mendengar keberangkatan mereka menuju negeri-nya,
dia merasa takut terhadap wanita itu yang akan merampas negeri Yamamah
darinya. Apalagi dia sedang sibuk bersiap-siap memerangi Tsuma-mah bin
Utsal.165 Apalagi Tsumamah dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal dengan seluruh
tentara kaum muslimin sedang bermukim di dekat negerinya menunggu
kedatangan Khalid bin Walid.
Maka Musailamah segera mengirim utusan kepada Sajah meminta
perlindungan kepadanya dan berjanji akan memberikan setengah dari bumi
Yamamah yang akan diberikannya kepada Quraisy jika dia mengurungkan
niatnya. Bahkan dia mengirim surat kepadanya untuk berkumpul dengannya di
tengah-tengah kaumnya. Musailamah segera menjumpainya dengan membawa
empat puluh orang penunggang berkuda, mereka berkumpul dalam satu kemah.
Tatkala mereka berduaan dan Musailamah menawarkan padanya setengah dari
hasil bumi Yamamah, Sajah langsung menyetujuinya dan menerima tawaran
tersebut.
Musailamah berkata, “Allah akan mendengar orang yang mendengar, dan
akan memberikan baginya kebaikan dengan ambisinya, urusannya pasti akan
berjalan dengan lancar.” Setelah itu Musailamah berkata, “Maukah engkau aku
nikahi dan dengan itu kita akan memiliki seluruh harta Arab?” Sajah menjawab,
“Ya, aku mau.” Maka sejak itu Sajaah tinggal bersama Musailamah tiga malam,
kemudian dia kembali kepada kaumnya.
Mereka bertanya pada Sajah, “Apa mahar pernikahanmu?” Dia menjawab,
“Musailamah tidak memberikan mahar padaku sedikitpun!” Mereka menjawab,
“Alangkah jeleknya seorang wanita terhormat seperti dirimu dinikahi tanpa
mahar.” maka Sajah mengirim seseorang kepada Musailamah untuk meminta
maharnya. Musailamah berkata, “Kirimkan padaku seorang mu’adzin kalian.”
Sajaah mengirim mu’adzinnya yaitu Sibts bin Rib’iy ar-Rayyahi. Musailamah
berkata padanya, “Serukan di tengah-tengah kaummu bahwa Musailamah bin
Habib utusan Allah telah mengurangi shalat yang diajarkan Muhammad kepada
kalian -yaitu shalat subuh dan Isya’- dan katakan itulah mahar dari Musailamah
untuk dirinya.”
Setelah itu Sajah kembali ke negerinya tatkala mendengar kedatangan
tentara Khalid yang telah mendekat ke negeri Yamamah. Dia kembali setelah
memungut setengah hasil bumi Yamamah dari Musailamah. Setelah itu dia
menetap di tengah-tengah kaumnya, yakni Bani Taghlib hingga zaman
Mu’awiyah. Dan terakhir Mu’awiyah mengusir mereka pada tahun jama’ah yakni
tahun 40 H).
‘Atharid bin Hajib at-Tamimi membuat sebait syair, ia berkata,
Semalam nabi kami seorang wanita yang kami kelilingi
Namun sekarang nabi-nabi mereka adalah para lelaki
………………………………………………………………………….
BERITA TENTANG MALIK BIN NUWAIRAH ALYARBUI
AT-TAMIMI DAN KAUMNYA
………………………………………..
Sebelumnya Malik hanyalah berbasa-basi dengan Sajah yang datang dari
tanah Jazirah. Namun tatkala Sajah berhubungan dengan Musailamah dan
kembali ke negerinya, Malik merasa menyesal. Ia berdiam di suatu tempat yang
bernama al-Buthah.166 Khalid segera datang dengan bala tentara-nya untuk
membuat perhitungan dengannya. Namun sebagian Anshar enggan untuk
mengikutinya dan mereka berkata, “Kita telah menjalankan apa yang
diperintahkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ra..”
Khalid berkata kepada mereka, “Hal ini harus dilakukan karena ini adalah
kesempatan yang tak boleh terlewatkan. Walaupun aku tidak mendapat instruksi,
namun aku adalah pimpinan kalian dan akulah yang bertanggung jawab. Oleh
karena itu aku tidak bisa memaksakan kalian untuk mengikutiku, yang jelas aku
harus ke al-Buthah.”
Maka Khalid berjalan selama dua hari kemudian kaum Anshar akhir-nya
turut juga mengikutinya dan mengejarnya. Ketika mereka sampai di al-Buthah,
Malik bin Nuwairah sedang berdiam diri. Khalid segera mengirim mata-matanya
ke sekitar al-Buthah sambil mendakwahi manusia. Para pemimpin Bani Tamim
menyambutnya dengan patuh dan ta’at. Mereka juga mengeluarkan zakat kecuali
Malik bin Nuwairah sendiri, dia dalam keadaan bingung untuk berbuat dan
menyendiri dari manusia. Maka tentara Khalid langsung menawan Malik dan
teman-temannya. Pasukan kaum rmislimin berselisih mengenai status tawanan ini.
Abu Qatadah al-Harits bin Rib’iy al-Anshari angkat bicara setelah bertasyahhud,
“Sesungguhnya mereka telah mendirikan shalat.” Sementara yang lain
berpendapat, “Mereka tidak mengumandangkan adzan dan tidak mengerjakan
shalat.”
Para tawanan itu bermalam dalam keadaan kedinginan. Salah seorang
suruhan Khalid menyeru, “Hangatkanlah para tawanan kalian!” Sebagian dari
tentara menganggap bahwa ini adalah isyarat untuk membunuh mereka, maka
seluruh tawanan dibunuh. Dhirar bin al-Azur167 yang membunuh Malik bin
Nuwairah. Ketika Khalid mendengar berita ini ia segera keluar menyusul mereka.
Namun ternyata seluruhnya telah habis dibunuh. Khalid berkata, “Jika Allah
menginginkan suatu urusan pasti akan terlaksana.”
Ada yang menyatakan bahwa Khalid memanggil Malik bin Nuwairah dan ia
mencela segala yang telah dilakukan oleh Malik, mulai dari sikapnya yang
mengikuti Sajah dan tidak mau membayar zakat, Khalid berkata, “Tidakkah
engkau tahu bahwa zakat itu seiring dengan shalat?” Malik menjawab,
“Begitulah yang dikatakan oleh sahabat kalian.” Khalid berkata, “Berarti ia adalah
sahabat kami dan bukan sahabatmu? Wahai Dhirar penggallah lehernya!” Maka
lehernya segera dipenggal, ketika itu Abu Qatadah mempermasalahkan perbuatan
Khalid terhadap Malik hingga akhirnya Abu Qatadah melaporkan Khalid kepada
Abu Bakar. Umar berbincang dengan Abu Qatadah tentang masalah Khalid ini
hingga Umar berkata kepada Abu Bakar, “Copotlah Khalid dari jabatannya!
Sesungguhnya pedangnya terlampau mudah mencabut nyawa orang.” Namun
Abu Bakar menjawab, “Aku tidak akan menyarungkan pedang yang dihunus
Allah terhadap Orang kafir.” Setelah itu datang Mutammin bin Nuwairah
melaporkan perbuatan Khalid. Umar membantunya hingga akhirnya Abu
Bakar ash-Shiddiq ra. “Membayar diyat untuknya dari harta pribadinya.
Umar masih terus menerus menganjurkan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. agar
mencopot kedudukan Khalid, ia berkata, “Sesunguhnya pedangnya terlampau
mudah mencabut nyawa manusia!” Hingga akhirnya Abu Bakar ash-Shiddiq ra.
mengirim utusan agar membawa Khalid ke Madinah. Khalid datang ke Madinah
masih memakai baju perangnya yang terbuat dari besi, semen-tara di sana sini
bajunya mulai berkarat disebabkan banyak terkena darah. Ia masuk menghadap
Abu Bakar dan memohon maaf atas tindakannya. Abu Bakar memaafkan
perbuatannya, dan tidak mencopotnya, walaupun sebenarnya Khalid telah
berijtihad ketika membunuh Malik bin Nuwairah dan keliru dalam ijtihadnya.
Pernah juga Khalid diutus oleh Rasulullah saw. kepada Bani Khuzaimah dan ia
membunuh para tawanan tersebut karena mengatakan, shaba’na! shaba’na
(maksud mereka sebenarnya: Kami telah masuk Islam). Mereka mengatakannya
disebabkan mereka sulit mengucapkan, Aslamna kami telah masuk Islam).
Akhirnya Rasulullah saw. membayar diyat tiap tawanan tersebut dan Rasulullah
saw. mengembalikan bejana tempat minum anjing milik mereka. Beliau berdoa
sambil mengangkat tangán, “Ya Allah sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang diperbuat Khalid.”168
Walaupun demikian Rasulullah saw. tidak mencopotnya dari jabatannya.
…………………………………………………………………………….
PEPERANGAN AQRABA DI YAMAMAH DAN KISAH
TERBUNUHNYA MUSAILAMAH AL-KADZDZAB
……………………………
Setelah memaafkan Khalid bin Walid, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengutusnya
untuk memerangi Bani Hanifah di Yamamah, dan melengkapinya dengan
pasukan kaum muslimin. Pimpinan kaum Anshar ketika itu adalah Tsabit bin Qais
bin Syammas.
Khalid mulai berjalan menuju Bani Hanifah. Tiap kali melewati kaum yang
murtad, ia pasti menghabisinya. Ketika melewati pasukan berkuda milik Sajaah,
Khalid menyerbu mereka hingga lari tercerai-berai dan akhirnya Khalid berhasil
mengeluarkan mereka dari Jazirah Arab. Sementara itu Abu Bakar ash-Shiddiq ra.
menyertakan bala bantuan di belakang Khalid untuk menjaganya dari belakang.
Sebelumnya Abu Bakar telah mengutus Ikrimah bin Abu Jahal dan
Syarahbil bin Hasanah menuju Musailamah. Namun keduanya tidak mampu
menghadapi Bani Hanifah disebabkan jumlah personil mereka yang amat banyak,
yakni sekitar 40.000 personil. Ikrimah kembali sebelum kedatangan temannya,
Syurahbil. Tatkala mereka berpapasan di jalan, keduanya sepakat untuk berbalik.
Adapun Musailamah, ketika mendengar kedatangan Khalid, dia
menempatkan pasukannya di suatu tempat yang bernama Aqraba169 di penghujung
bumi Yamamah. Sementara perkampungan tepat di arah punggung
mereka. Musailamah menggugah fanatisme kesukuan pasukannya. Bangkitlah
fanatisme penduduk Yamamah memenuhi ajakannya.
Musailamah menempatkan pada dua sayap pasukannya masing-masing al-
Muhkam bin Thufail dan ar-Rajjal170 bin Anfawah bin Nahsyal. Sebelumnya Ar-
Rajjal adalah sahabat Musailamah yang pernah bersaksi bahwa dia pernah
mendengar Rasulullah saw. menyatakan bahwa Musailamah telah mendapatkan
wahyu seperti nabi. Akibat kesaksian palsunya itu -orang terlaknat ini- memiliki
andil besar dalam menyesatkan penduduk Yamamah. Hingga akhirnya penduduk
Yamamah mengikuti Musailamah, semoga Allah melaknat keduanya. Bahkan ar-
Rajjal pernah datang menghadap Rasulullah saw. dan sempat membaca surat al-
Baqarah.
Pada waktu terjadi pemurtadan besar-besaran, Abu Bakar mengutus-nya
kepada penduduk Yamamah untuk berdakwah menyeru mereka kepada Allah
agar mereka tetap setia di atas Islam. Namun akhirnya ia turut murtad bersama
Musailamah dan bersaksi bahwa Musailamah adalah nabi.
Saif bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah
dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah saw. bersama sekelompok
orang. Di tengah kami hadir ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,
“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gusinya di neraka lebih
besar daripada gunung Uhud.”
Kemudian aku perhatikan bahwa seluruh yang hadir telah wafat, dan yang
tinggal hanya aku dan ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan
oleh Nabi tersebut hingga akhirnya ar-Rajjal keluar mengikuti Musailamah dan
membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah ar-Rajjal lebih besar daripada
fitnah yang ditimbulkan oleh Musailamah.” Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq
dari gurunya dari Abu Hurairah 171
Pasukan Khalid telah dekat, formasi pasukannya; di depan dipimpin
Syarhabil bin Hasanah, sementara di sayap kiri dan kanan Zaid dan Abu
Hudzaifah. Pasukan Islam yang terdepan yang lebih dahulu menemui musuh
berjumlah sebanyak 40 prajurit -ada yang mengatakan 60 prajuruit penunggang
kuda- di malam hari dibawah pimpinan Majja’ah bin Murarah. Kali ini ia
berangkat untuk membalas dendam terhadap Bani Tamim dan Bani Amir.
Kemudian ketika kembali kepada kaumnya ia dan teman-temannya ditangkap
oleh kaum muslimin dan dibawa kepada Khalid. Seluruhnya minta pengampunan
Khalid, namun Khalid tidak percaya bahkan memerintahkan seluruhya dibunuh
kecuali Majja’ah. Ia dibiarkan hidup dalam keadaan terikat di sisi Khalid -karena
keahliannya dalam siasat perang-. Apalagi ia merupakan pemimpin yang
dimuliakan dan dipatuhi oleh kaumnya.
Versi lain mengatakan bahwa ketika mereka dihadapkan pada Khalid,
Khalid bertanya kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian wahai Bani
Hanifah?” Mereka serentak menjawab, “Dari kami seorang nabi dan dari kalian
seorang nabi pula!”
Khalid membunuh mereka seluruhnya kecuali seorang yang bernama
Sariyah. Sariyah berkata kepada Khalid, “Wahai bung, jika anda ingin berperang
esok hari, bagaimanapun kondisi yang anda temui baik ataupun sebaliknya,
namun biarkanlah satu orang ini hidup!”-yaitu Majja’ah bin Murarah-Oleh karena
itulah Khalid membiarkannya hidup dalam keadaan terikat.
Ketika kedua pasukan bertemu, Musailamah berkata kepada kaumnya,
”Hari ini adalah hari penentuan! Hari ini jika kalian kalah maka istri-istri kalian
akan dinikahi orang lain dan ditawan, atau mereka akan dinikahi dengan paksa.
Oleh karena itu berperanglah kalian untuk mempertahankan harga diri dan kaum
wanita kalian.”
Adapun kaum muslimin, mereka telah maju dan membuat pertahanan di
perbatasan Yamamah. Di sana Khalid telah mendirikan tenda-tenda. Panji kaum
Muhajirin dipegang oleh Salim Maula Abi Hudzaifah dan panji Anshar dipegang
oleh Tsabit bin Qais bin Syammas. Orang-orang Arab juga membawa panji
mereka, sementara Majja’ah terikat di dalam tenda.
Pertempuran antara kaum muslimin dan orang-orang kafir mulai berkobar,
namun tiba-tiba terjadi serangan balik oleh pasukan Musailamah. Kaum muslimin
mulai terdesak hingga Bani Hanifah berhasil memasuki tenda Khalid bin Walid
dan hampir membunuh Ummu Tamim, kalau tidak dilindungi oleh Majja’ah dan
berkata, “Sesungguhnya wanita merdeka ini sangat mulia.”
Pada waktu terjadinya serangan balik inilah ar-Rajjal bin Anfawah tewas
terbunuh -semoga Allah melaknatnya-, ia dibunuh oleh Zaid bin al-Khaththab.
Situasi semakin genting, sesama sahabat mulai saling memberi semangat, Tsabit
bin Qais bin Syammas berkata, “Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan-rekan
kalian!” Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, Bantulah kami wahai Khalid!”
Sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar datang membantu.
Disebutkan bahwa al-Barra bin Ma’rur jika melihat peperangan bergejolak
semangatnya terbakar, maka dirinya akan bergetar hebat seolah diserang alarwa’
172 ia segera duduk di atas punggung kendaraannya hingga terkencingkencing
dalam celana. Setelah itu ia menjerit laksana singa mengaum dan maju
menyerang Bani Hanifah dengan penuh keberanian yang tidak ada bandingannya.
Para sahabat saling berwasiat satu sama lainnya dan saling berkata, “Wahai
penghafal surat al-Baqarah hari ini sihir akan hancur!”
Sementara Tsabit bin Qais telah menggali dua lubang dan membenamkan kedua
kaiknya ke dalamnya hingga sampai betisnya, dia mengenakan kain kafan
lengkap dengan wangi-wangiannya sambil membawa panji Anshar, dia tetap tegar
di tempat itu hingga akhirnya terbunuh.
Orang-orang Muhajirin berkata kepada Salim Maula Abu Hudzaifah,
“Tidakkah engkau takut jika musuh berhasil menjebol pertahananmu?” Dia
berkata, “Kalau hal itu terjadi alangkah buruk diriku sebagai penghafal al-Qur’an.”
Zaid bin al-Khaththab berkata, “Wahai saudara-saudara sekalian, gigit erat
dengan geraham kalian dan bunuhlah musuh-musuh, majulah dan seranglah!” la
juga berkata, “Demi Allah aku bersumpah tidak akan berbicara hingga Allah
mengalahkan mereka atau aku bertemu denganNya dan akan aku sampaikan
hujjahku!” Akhirnya dia terbunuh sebagai syahid.
Abu Huzaifah berkata, “Wahai Ahli al-Qur’an hiasilah al-Qur’an dengan
perbuatan kalian!” Kemudian dia masuk menyerbu ke arah musuh hingga
terbunuh.
Khalid bin Walid masuk menyerbu ke tempat musuh hingga melewati
mereka, dia terus berjalan sambil mencari Musailamah, kemudian dia kembali dan
berdiri di antara dua pasukan sambil menyeru untuk perang tanding, ia berteriak,
“Aku adalah putera al-Walid al-Aud! Aku anak Ibnu Amir dan Zaid!” Kemudian
ia memanggil dengan syiar kaum muslimin, yang ketika itu adalah Ya
Muhammadaah. Setiap kali ada yang maju melayaninya pasti akan terbunuh
olehnya, tidak ada yang mendekat kecuali pasti akan dihabisinya.
Waktu itu Khalid telah memisah-misahkan antara kaum Muhajirin, kaum
Anshar, orang-orang Arab dan tiap tiap kabilah masing-masing membawa panji
dan berperang di bawahnya. Dengan cara itu kelak akan diketahui dari mana
musuh bisa memasuki pertahanan kaum muslimin. Pada peperangan ini tampak
keuletan dan kesabaran para sahabat yang tiada tandingannya. Mereka terus
menerus maju ke arah musuh hingga Allah menaklukkan musuh dan orang kafir
lari tungang-langgang. Kaum muslimin terus mengejar mereka sambil menebas
leher-leher mereka, dan mengayunkan pedang ke arah mana saja yang mereka
maui. Hingga akhirnya orang kafir terdesak sampai kepada kebun kematian,
hadiqatul maut.
Pemimpin Yamamah, Muhakkam bin Thufail, -semoga Allah melaknat-nya telah
memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam kebun, akhirnya seluruhnya
masuk kebun yang di dalamnya terdapat Musailamah al-Kadzdzab musuh Allah.
Abdurrahman bin Abu Bakar berhasil mengejar Muhakkkam bin Thufail dan
berhasil membunuhnya dengan anak panah yang menghujam tepat di lehernya
saat sedang berpidato di depan kaumnya. Setelah seluruhnya masuk, Bani Hanifah
mengunci pintu kebun tersebut, sementara di luar para sahabat telah mengepung
mereka.
Barra’ bin Malik kemudian berkata, “Wahai kaum Muslimin lemparkan aku
ke dalam kebun!” Mereka membawanya di atas tameng besi dan mereka lempar
beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Lantas Barra’ bin Malik
terus bertempur hingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin
berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya,
sambil membunuh orang-orang kafir penduduk Yamamah yang berada di
dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musailamah yang terlaknat
itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang bolong seolaholah
dia seekor unta jantan yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak
tahu apa yang harus dilakukan karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya,
jika setannya datang maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Wahsy bin
Harb Maula Jubair bin Muth’im -pembunuh Hamzah- datang mendekatinya
dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailamah tepat mengenainya
hingga tembus ke sisi belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah
mendatanginya dan menebasnya dengan pedang hingga terjatuh. Perempuan-perempuan
dari dalam istana menjerit, “Aduhai malangnya nasib pemimpin kita,
dia dibunuh oleh budak hitam!”
Jumlah yang terbunuh dari pihak musuh yang berada di dalam kebun
maupun dalam pertempuran sebanyak 10.000 orang dan ada juga yang
mengatakan sebanyak 21.000 orang. Adapun jumlah kaum muslimin yang
terbunuh sebanyak 600 orang, ada yang mengatakan 500 orang, Wallahu Alam. Di
antara yang terbunuh banyak terdapat sahabat Nabi yang senior.
Setelah itu Khalid memerintahkan pasukannya untuk mengelilingi
Yamamah sambil mengambil harta maupun tawanan yang berceceran. Khalid
berkeinginan menyerbu benteng musuh. Benteng itu telah punah kecuali kaum
wanita dan anak-anak serta orang-orang yang sudah tua. Hanya saja Khalid
berhasil dikelabui oleh Majja’ah yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya
benteng itu dipenuhi oleh para tentara! Lebih baik kita berdamai saja!”
Khalid menerima tawaran itu, ia melihat pasukan kaum muslimin sudah
letih dan bosan disebabkan peperangan yang terus menerus.
Majja’ah berkata, “Biarkan aku masuk ke benteng agar mereka menyetujui
kesepakatan damai yang aku buat.” Khalid berkata, “Pergilah!” Majja’ah segera
masuk benteng dan memerintahkan kaum wanita untuk memakai baju perang dan
menampakkan kepala mereka dari atas benteng. Ketika itu Khalid melihat ke atas
benteng, ia melihat seluruh benteng dipenuhi oleh kepala manusia yang sedang
mengintip. Ia mengira mereka adalah pasukan perang sebagaimana yang
dikatakan oleh Majja’ah, karena itulah ia memilih untuk berdamai.
Setelah itu Khalid mengajak mereka masuk Islam, dan ternyata seluruhnya
menerima tawaran tersebut. Akhirnya mereka kembali kepada kebenaran. bahkan
Khalid mengembalikan kepada mereka sebagian dari harta rampasan dan tawanan
perang. Selanjutnya sisanya dikirim kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra..
Dalam peperangan ini Ali bin Abi Thalib telah mengambil salah seorang
wanita mereka untuk diperistri, yaitu ibu dari anaknya yang bernama Muhammad
yang terkenal dengan nama Muhammad bin Hanafiyyah173.
…………………………………………………………………..
Tanggal Terjadinya Peristiwa Ini
………………………..
Khalifah bin Khayyat, Muhammad Ibnu Jarir, dan sebagian ulama salaf
berkata, “Peristiwa peperangan Yamamah terjadi pada tahun 11 H, Ibnu Qani’
berkata, “Peperangan ini terjadi di penghujung tahun ini.”
Al-Waqidi dan lain-lainnya berkata, “Peperangan ini terjadi pada tahun 12
H.” Cara menggabungkan dua riwayat ini, bahwa peperangan dimulai pada tahun
11 H dan baru selesai pada tahun 12 H.
………………………………………………………………………………
Kedatangan Utusan Bani Hanifah Kepada Abu Bakar
………………………….
Ketika utusan Bani Hanifah datang ke hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq ra.,
Abu Bakar berkata kepada mereka, “Tolong perdengarkan kepada kami sebagian
dari Quran versi Musailamah, mereka bertanya, “Apakah Anda memaafkan kami
wahai Khalifah Rasulullah saw. untuk tidak menyebutkannya?” Abu Bakar
berkata, “Kalian mesti memperdengarkan!” Maka mereka berkata, “Di antara
Ayat Musailamah,
Wahai katak anak dua katak
Bersihkan air kami niscaya kamu akan menjadi bersih
Kamu tidak dapat mengotori air
tidak pula dapat mencegah orang untuk minum
Kepalamu di air sementara ekormu di tanah.
Dan di antara yang dikatakannya,
Demi penyemai benih
Dan demi pemanen tanaman
Dan demi penabur gandum
Dan demi penggiling gandum
Dan demi pembuat roti
Dan demi pembuat bubur
Dan demi yang menelan makanan
lhalah dan minyak samin
Di antara yang dikatakannya,
Kalian telah dilebihkan di atas penduduk Wabar
Dan penduduk Madar tidak akan dapat menandingi kalian
Maka pertahankanlah kota kalian
Dan orang yang minta-minta maka lindungilah dia
Orang yang tersesat jauh maka tolonglah dia.”
Mereka menyebutkan banyak hal yang seluruhnya adalah khurafat dan
anak-anak kecilpun enggan untuk mengucapkannya dalam permainan mereka.
Kemudian ash-Shiddiq ra. berkata kepada mereka, “Alangkah celakanya kalian,
di mana kalian letakkan akal kalian? Mustahil perkataan seperti ini berasal dari
Tuhan!”
Para ulama tarikh menyebutkan bahwa Musailamah berusaha meniru-riru
Nabi. Sampai ke telinganya bahwa Rasulullah saw. pernah meludah di sebuah
sumur maka tiba-tiba airnya menjadi banyak, maka dia juga meludah ke sebuah
sumur tetapi air sumurnya malah menjadi kering total. Dan ia meludah pula dalam
sumur lain, maka airnya berubah menjadi asin, dia pernah berwudhu kemudian
sisanya disiramkannya ke sebuah batang kurma maka tiba-tiba kurma tersebut
menjadi kering dan mati. Pernah dua bayi dibawa padanya maka dia berusaha
memberkahi keduanya sambil mengusap kepala keduanya. Ternyata tak lama
setelah itu kepala salah satu anak itu menjadi botak dan satu lainnya lidahnya
menjadi kelu. Ada seseorang yang datang mengadukan padanya kedua matanya
yang sakit. Maka Musailamah menghapus kedua mata orang itu, ternyata seketika
itu juga mata orang itu menjadi buta.174
…………………………………………………………………………
KISAH MURTADNYA PENDUDUK BAHRAIN DAN
KEMBALI-NYA MEREKA KEPADA ISLAM
…………………………
Kisah tentang mereka bermula ketika Rasulullah saw. mengutus al-Ala’
bin al-Hadhrami ke kerajaan Bahrain yang dipimpin oleh al-Mundzir bin Saawaa
al-Abdi. Kemudian Raja tersebut masuk Islam dihadapan al-Alaa’ serta
menerapkan Islam dan keadilan terhadap rakyatnya. Setelah Rasulullah saw.
wafat tak berapa lama kemudian al-Mundzir juga wafat. Pada waktu sakit, Amru
bin al-Ash sempat datang mengunjunginya. Al-Mundzir berkata kepada Amru,
“Wahai Amru apakah Rasulullah saw. membolehkan seorang yang sakit berwasiat
dari sebagian hartanya?” Amru menjawab, “Ya, sepertiga darinya.” Kemudian al-
Mundzir bertanya, “Apa yang aku perbuat dengan sepertiga itu?” Amru
menjawab, “Jika engkau mau boleh engkau sedekahkan kepada kerabatmu, dan
jika engkau mau boleh juga engkau sedekahkan kepada orang yang
membutuhkan, dan jika mau bisa engkau wakafkan.”
Maka al-Munzir berkata, “Aku tidak suka jika hartaku dijadikan seperti
Baahirah, Saaibah, Waashilah maupun Haam.175 Tetapi akan aku sedekahkan saja
hartaku itu.” Akhirnya ia melaksanakan niatnya itu dan kemudian wafat. Amru
sangat kagum kepadanya.
Setelah al-Mundzir wafat penduduk Bahrain berubah menjadi murtad dan
mereka mengangkat al-Gharur yaitu al-Mundzir bin an-Nu’man bin al-Mundzir
menjadi raja mereka. Ada di antara mereka yang berkata, “Seandai-nya
Muhammad benar seorang Rasul pastilah dia tidak akan mati.” Tidak satupun dari
daerah yang berada di Bahrain tetap memegang keislamannya kecuali satu kota
saja yang disebut dengan Juwatsan. Kota inilah yang pertama kali mengadakan
shalat Jum’at dari sekian banyak orang-orang yang murtad sebagaimana yang
terdapat dalam Shahih al-Bukhari dari Ibnu Abbas.176
Seluruh penduduk yang murtad telah mengepung wilayah ini dan memboikotnya.
Sampai-sampai makananpun tidak boleh masuk kepada mereka
sehingga membuat mereka sangat kelaparan. Akhirnya Allah memberikan jalan
keluar untuk mereka. Salah seorang dari mereka yaitu Abdullah bin Hadzaf
seorang lelaki yang berasal dari Bani Bakar bin Kilab membacakan sebait
syairnya dalam keadaan lapar:
Adakah yang dapat membawa berita kepada Abu Bakar
Dan seluruh penduduk Madinah
Tentang suatu kaum mulia yang terduduk di kota Juwatsan dalam keadaan
terkepung
Seolah-olah darah mereka yang mengalir di mana-mana
Laksana cahaya mentari yang menerpa orang yang melihatnya
Kami bertawakkal kepada Allah yang Maha Pemurah
Kami dapati kemenangan selalu bersama orang-orang yang bertawakkal
Salah seorang dari pembesar mereka berdiri sambil berpidato di hadapan
kaumnya, yaitu al-Jarud bin al-Ma’alli, dia termasuk orang yang pernah hijrah
kepada Rasulullah saw. dia mengatakan, “Wahai keturunan Abdul Qais aku
bertanya kepada kalian tentang suatu perkara, tolong beritahu aku jawabannya
jika kalian mengetahuinya, dan tolong jangan dijawab jika kalian tidak
mengetahuinya.” Mereka berkata, “Silahkan tanya!” Dia berkata, “Tahukah kalian
bahwa Allah memiliki nabi-nabi sebelum kedatangan Muhammad?” Mereka
menjawab, “Ya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kalian mengetahuinya atau pernah
melihatnya?” Mereka menjawab, “Kami mengetahuinya.” Kemudian dia bertanya,
“Bagaimana nasib mereka sekarang?” Mereka menjawab, Semuanya telah mati.”
Dia melanjutkan, “Sesungguhnya Muhammad juga telah mati sebagaimana
mereka telah mati, dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah
dan Muhammad itu adalah utusan Allah.” Maka serentak mereka juga
mengatakan hal yang sama, “Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq selain
Allah dan Muhammad itu utusan Allah, engkaulah orang yang paling mulia di
antara kami dan pemimpin kami.” Akhirnya mereka tetap istiqamah di atas
keislaman mereka dan mereka meninggalkan orang banyak yang tersesat.
Kemudian Abu Bakar mengutus al-Ala’ bin al-Hadhrami kepada mereka.
Sewaktu mendekati Bahrain datanglah Tsumamah bin Utsal dengan tentara yang
banyak dan berdatangan pula seluruh pemimpin yang berada di dekatnya untuk
kemudian bergabung bersama tentara al-Ala’. Maka al-Ala1 bin al-Hadharami
sangat menghormati mereka dan menghargai mereka serta memperlakukan
mereka dengan baik.
…………………………………………………………..
Karamah al-Ala’ Bin al-Hadhrami
………………………
Al-Ala’ adalah satu dari sekian banyak sahabat nabi yang senior dan
Termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya.
Dalam peperangan ini terjadi suatu karamah. Ketika mereka berhenti di
suatu tempat177 yaitu ketika pasukan belum sempat berhenti dengan sempurna
tiba-tiba unta-unta mereka menjadi beringas dan lari membawa seluruh
perbekalan tentara baik berupa kemah, makanan dan minuman.
Waktu itu mereka berdiam di tempat itu dan hanya membawa pakaian yang
melekat di badán saja. Kejadian ini terjadi pada malam hari. Tidak seekor untapun
yang dapat mereka kejar. Akhirnya waktu itu mereka ditimpa perasaan gelisah
dan sedih yang tidak terperikan, sampai sebagian mereka mulai berwasiat kepada
yang lainnya menuggu ajal datang menjemput. Maka salah seorang pembantu al-
Ala’ memanggil dan mengumpulkan mereka, kemudian al-Ala’ mulai berbicara,
“Wahai hadirin sekalian bukankah kalian orang Islam? Bukankah kalian sedang
berperang di jalan Allah? Bukankah kalian penolong agama Allah?” Mereka
menjawab, “Ya benar!” al-Ala’ melanjutkan lagi, “Demi Allah bergembiralah, Dia
tidak akan menghinakan kalian dalam keadaan seperti ini.” Kemudian adzan
subuh dikumandangkan ketika terbit fajar, dan al-Ala’ shalat bersama seluruh
pasukan. Selesai shalat al-Ala’ duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan
orang-orang-pun duduk pula mengikutinya. Mulailah ia berdoa sambil mengangkat
tangannya dan orang-orangpun berbuat hal yang sama. Hingga matahari terbit,
ketika cahaya matahari semakin terang sedikit demi sedikit, tiba-tiba Allah
ciptakan untuk mereka tepat di samping mereka kolam besar penuh dengan air.
Maka al-Ala’ dan pasukannya segera mendatangi tempat itu mereka minum dan
mandi sepuasnya, dan ketika siang mulai meninggi tiba-tiba seluruh unta-unta
mereka kembali berdatangan dari segala penjuru lengkap dengan perbekalan yang
ada di atas punggungnya. Tidak seorangpun yang merasa kehilangan walaupun
hanya seutas tali. Mereka segera memberi minum unta-unta mereka sepuas-puasnya
(‘alai ba’da nahal)178 dan ini merupakan karamah yang disaksikan oleh
orang banyak sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah bagi pasukan ini.
……………………………………………………………….
Kekalahan Kaum Murtad
……………………..
Ketika al-Ala’ telah mendekati pasukan orang-orang yang murtad -mereka
telah mengumpulkan personil dan perlengkapan yang banyak sekali-maka al-Ala’
memberhentikan pasukannya dan musuh turut berhenti sementara jarak di antara
mereka saling berdekatan. Pada malam harinya al-Ala’ mendengar suara hiruk-pikuk
dari pasukan kaum murtad, ia berkata, “Siapa yang siap untuk mencari
informasi tentang mereka?”
Maka bangkitlah Abdullah bin Hadzaf dan dia mulai berjalan memasuki
sarang musuh, ternyata didapatinya semua musuh dalam keadan mabuk tidak
sadarkan diri lagi, Abdullah segera kembali dan memberitahukan itu kepada al-
Ala’. Maka spontan ai-Ala’ beserta pasukannya menyiapkan perbekalan dan maju
menyerang musuh.
Malam itu mereka banyak membunuh musuh, dan sedikit sekali yang bisa
melarikan diri dari mereka. Pasukan Islam berhasil menguasai seluruh harta
musuh dan hasil bumi maupun perhiasan mereka, mereka benar-benar membawa
harata rampasan perang yang banyak.
Tersebutlah al-Hutham bin Dhubai’ah saudara dari Bani Qais bin Tsa’labah
termasuk tokoh kaumnya sedang tidur ketika kaum muslimin menyerbu mereka.
Dia terbangun dalam keadaan terkejut dan langsung lompat ke atas kudanya
namun sayang pelananya terputus, maka dia berkata,
Siapa yang bisa memperbaiki pelanaku?” Datanglah seorang dari tentara kaum
muslimin malam itu dan berkata, “Aku bisa memperbaikinya untukmu, angkatlah
kakimu.” Tatkala dia mengangkat kakinya maka seketika tentara Islam itu
memenggal kakinya hingga terputus, dia masih berteriak, “Siapkan pelanaku.”
namun dijawab oleh tentara islam tersebut, “Tidak, aku tidak mau.” Akhirnya dia
jatuh tersungkur, tiap kali orang melewatinya ia menawarkan agar sudi
membunuhnya. Namun orang-orang tidak mau hingga Qais bin Ashim
melewatinya, ia berkata kepadanya, “Aku akan binasa bunuhlah aku.” Maka
Qaispun membunuhnya, tatakala Qais melihat kakinya telah terpotong dia merasa
menyesal membunuhnya dan berkata, “Alangkah kasihannya nasibmu, andai aku
tahu apa yang menimpamu pasti engkau tidak akan kusentuh.”
Selanjutnya kaum muslimin mengejar musuh yang melarikan diri. Siapa
saja yang berhasil disusul akan segera dibunuh di manapun mereka berada.
Banyak yang lari menuju laut ke Darain.179 Mereka menaiki perahu, setelah itu
mulailah al-Ala’ membagi-bagi harta rampasan perang.
………………………………………………………………
Karamah Lain yang Terjadi
………………………….
Ketika pembagian ghanimah selesai al-Ala’ berkata kepada tentaranya, Mari
kita berangkat menuju Darain untuk memerangi musuh yang berada di sana.”
Segenap tentara segera mematuhi perintahnya. Mereka mulai bergerak hingga
sampai di tepi pantai dan bersiap-siap untuk mengejar perahu musuh. Namun
jarak antara mereka dengan perahu sudah jauh, maka al-Ala’ segera masuk ke laut
dengan kudanya sambil berdoa, “Ya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang,
Ya Allah Yang Mahabijaksana dan Mulia, Ya Allah Yang Esa dan tempat
bergantung. Ya Allah Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri. Ya Allah yang
memiliki keagungan dan Kemuliaan Tiada Tuhan Yang Haq kecuali Engkau,
Engkaulah Rabb kami.” Kemudian ia perintahkan tentaranya untuk mengucapkan
doa yang sama dan langsung masuk ke dalam laut bersama kuda mereka.
Akhirnya mereka dapat menyeberangi teluk tersebut dengan mengendarai kuda
yang berjalan di atas air seolah-olah sedang berjalan di atas pasir lunak yang
sedikit airnya dan berpasir, namun tidak sampai sebatas kaki unta dan tidak pula
sampai sebatas pelana kuda.:
Padahal perjalanan ini jika ditempuh dengan kapal memakan waktu sehari
semalam, namun dengan cepat ia telah sampai di tepi pantai seberang. la terus
memerangi musuh hingga mengalahkan mereka dan mengambil seluruh harta
rampasan perang mereka. Kemudian ia kembali lagi ke sisi pantai yang pertama.
Perjalanan pulang pergi menyeberangi laut hanya memakan waktu satu hari saja,
tanpa menyisakan seorang musuhpun yang hidup untuk membawa berita.
Maka al-Ala’ mulai menggiring para tawanan anak-anak dan wanita,
lengkap beserta harta dan ternak mereka. Tidak seorang pun dari kaum muslimin
yang kehilangan kecuali seekor kuda yang bernama Ulaiqah. Namun al-Ala’
berhasil membawanya kembali, kemudian al-Ala’ kembali membagi-bagaikan
harta rampasan perang untuk prajuritnya. Setiap penunggang kuda berhasil
mendapatkan 6000 dinar dan setiap pasukan pejalan kaki mendapatkan 2000
dinar, padahal jumlah pasukannya lumayan banyak. Kemudian beliau
memberitakan kemenangan ini kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Abu Bakar
ash-Shiddiq ra. mengirim utusan sebagai tanda terima kasihnya kepada al-Ala’
atas prestasinya itu. Salah seorang dari tentara kaum muslimin yaitu Afifi bin al-
Mundzir180 membuat sebait syair yang berbunyi:
Tidakkah kalian melihat bagaimana Allah telah menaklukkan lautNya
Dan menurunkan kepada orang-orang kafir hukumanNya
Kami berdoa kapada Dzat yang pernah membelah lautan
Ternyata Dia datang kepada kami membawa keajaiban yang lebih hebat dari yang
terdahulu
……………………………………………………..
PENDUDUK OMAN MURTAD
………………………….
Penduduk Oman telah menerima dakwah Islam dan Rasulullah saw. pernah
mengutus kepada mereka Amru bin al-Ash. Namun ketika Rasulullah saw. wafat,
muncul di tengah mereka seorang lelaki bernama Dzu at-Taaj Laqiet bin Malik al-
Azdi, pada masa Jahiliyah dia setara dengan al-Julanda Raja Oman.181 Dia
mengaku telah diangkat menjadi Nabi. Ia diikuti oleh orang-orang bodoh dari
penduduk Oman. Akhirnya dia berhasil menguasai Oman setelah mengalahkan
Jaifar dan Abbad keduanya adalah anak al-Julanda.182 Bahkan dia berhasil
mendesak keduanya hingga ke ujung daerah Oman, ke wilayah pegunungan dan
lautan.
Ja’far mengirim utusannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. membawa berita ini
untuk meminta bala bantuan. Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengutus kepadanya dua
orang pemimpin pasukan yaitu Hudzaifah bin Mihsan al-Ghilfani dari Himyar dan
‘Arfajah bin Hartsamah al-Bariqi dari al-Azd. Hudzaifah berangkat ke Oman dan
‘Arfajah berangkat ke Mahrah. Abu Bakar menyuruh keduanya untuk berkumpul
dan memulai penyerangan dari Oman. Dan Hudzaifahlah yang menjadi panglima
pasukan. Dan jika keduanya berjalan ke Mahrah maka Arfajahlah yang menjadi
panglima pasukan.
Sebelumnya telah kita terangkan bahwa Ikrimah bin Abu Jahal pernah
dikirim kepada Musailamah didukung oleh pasukan Syarahbil bin Hasanah yang
bergerak di belakangnya. Namun Ikrimah tergesa-gesa menyerang . Musailamah
sebelum kedatangan Syarahbil. Ternyata ia mendapat serangan balasan yang telak
dari Musailamah sehingga membuat pasukannya terpukul mundur. Akhirnya Abu
Bakar ash-Shiddiq ra. mengirim súrat kecaman kepada-nya atas ketergesagesaannya
itu. Dalam surat itu Abu Bakar berkata, “Jangan pernah aku melihat
engkau ataupun aku dengar tentangmu kecuali setelah bala bantuan datang
kepadamu.”
Kemudian ia diperintahkan untuk mengikuti pasukan Hudzaifah dan Arfajah
yang menuju Oman, Abu Bakar berpesan, “Setiap kalian ditugaskan memimpin
pasukannya masing-masing, dan ketika kalian berada di Oman maka
Hudzaifahlah pimpinan tertinggi kalian. Jika kalian telah selesaikan tugas di
Oman maka berangkatlah menuju Mahrah. Dan jika telah selesai tugas di sana
maka berangkatlah menuju Yaman dan Hadhramaut, bergabunglah beserta
Muhaajir bin Abi Umayyah. Siapa saja dari kaum murtad antara Oman dan
Hadramaut yang kalian temui maka bunuhlah dan beri mereka pelajaran.”
‘Ikrimah mulai bergerak sebagaimana yang diperintahkan oleh Abu Bakar ash-
Shiddiq ra. dan baru berhasil menyusul Hudzaifah dan Arfajah sebelum keduanya
sampai di Oman. Abu Bakar ash-Shiddiq ra. telah berpesan kepada mereka untuk
mengikuti pendapat ‘Ikrimah setelah selesai dari Oman atau ketika tinggal di sana.
Akhirnya mereka berjalan bersama, dan ketika telah dekat Oman mereka
mengirim surat kepada Ja’far.
Laqiet bin Malik telah mendengar kedatangan pasukan Islam. Dia keluar
membawa seluruh pasukannya dan mendirikan kemah di sebuah tempat yang
bernama Daba. Yaitu ibu kota negeri ini dan yang di dalamnya terdapat pasar
terbesar. Kemudian Laqiet membawa seluruh anak-anak, kaum wanita dan harta
benda di belakang pasukan agar mereka semakin gigih berperang.
Ja’far dan Abbad berkumpul di sebuah tempat yang bernama Shuhar.
Mereka menempatkan bala tentara di sana. Kemudian mereka mengirim surat
kepada para pemimipin pasukan Abu Bakar dan akhirnya mereka bergabung
dengan seluruh tentara kaum muslimin. Tak lama kemudian dua pasukan besar ini
bertemu dan terjadi peperangan yang sengit. Ketika itu kaum muslimin benarbenar
diuji dan hampir-hampir mereka mundur. Namun berkat kemuliaan Allah
dan kelembutanNya akhirnya mengirimkan bala bantuan dalam keadaan genting
tersebut dari bani Najiyah dan Abdul Qais dengan rombongan para panglima.
Selepas bergabungnya bala bantuan ini kaum muslimin meraih kemenangan.
Sementara orang-orang musyrik lari kocar-kacir dikejar oleh kaum muslimin.
Mereka berhasil membunuh 10.000 jiwa dan menawan wanita dan anak-anak.
Mereka juga berhasil mengambil alih seluruh harta, kemudian seperlima di kirim
kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra. bersama salah seorang pemimpin yaitu
‘Arfajah.183
……………………………………………………………………..
PENAKLUKAN NEGERI MAHRAH
……………………………
Selesai penaklukan Oman, ‘Ikrimah segera berjalan menuju negeri Mahrah
beserta seluruh tentaranya dan tentara tambahan yang bergabung dengannya.
Hingga akhirnya mereka menyerbu negeri Mahrah. Ternyata di sana mereka
mendapati musuh terbagai menjadi dua pasukan. Pasukan pertama -yang
jumlahnya mayoritas- di bawah pimpinan seorang amir yang bernama al-
Musabbah, seorang lelaki dari Bani Muharib. Sementara pasukan kedua di bawah
pimpinan seorang amir yang bernama Syikhrit. Di antara kedua pimpinan ini
terjadi persengketaan dan perpecahan yang justru merupakan rahmat bagi tentara
kaum muslimin. Maka segera Ikrimah mengirim surat kepada Syikhrit
mengajaknya bersatu dan ternyata ajakan ini disambut baik oleh syikhrit. Dia
bergabung dengan ‘Ikrimah yang membuat pasukan Kaum muslimin menjadi
semakin kuat dan pasukan al-Musabbah menjadi lemah. ‘Ikrimah mendakwahi
pasukan al-Musabbah agar mereka kembali kepada agama Allah dan patuh serta
taat kepada khilafah Islam. Namun al-Musabbah merasa bangga dengan jumlah
pasukannya yang banyak dan dengan pertentangan yang terjadi antara dirinya dan
syikhrit, maka dia semakin sombong dalam kesesatanmya.
Akhirnya ‘Ikrimah memerintahkan tentaranya untuk menyerbu musuh maka
pecahlah pertempuran yang sangat sengit, lebih sengit daripada penaklukan Daba
sebelumnya. Akhirnya Allah menaklukkan pasukan musuh. Orang-orang musyrik
melarikan diri dan al-Musabbah sendiri terbunuh. Waktu itu banyak dari tentara
musuh yang terbunuh. Kaum muslimin berhasil mendapatkan ghanimah yang
banyak, dari sekian banyaknya harta rampasan perang itu terdapat 1000 ekor
hewan tunggangan yang baik. ‘Ikrimah membagi-bagikan ghanimah tersebut
menjadi lima bagian kemudian dikirimkan seperlimanya kepada Abu Bakar ash-
Shiddiq ra. yang dibawa oleh Syikhrit sambil membawa berita gembira tentang
penaklukan ini kepadanya. Sebelum Syikhrit tiba, berita kemenangan ini telah
dibawa oleh seorang lelaki yang bernama as-Saaib dari bani Abid dari kabilah
Makhzum.184
……………………………………………………………………………
RINGKASAN PEPERANGAN MELAWAN KAUM
MURTAD
……………………………
Tidak satupun tempat di Jazirah Arab kecuali penduduknya ada yang
murtad. Maka Abu Bakar ash-Shiddiq ra. segera mengirim bala tentaranya beserta
para pemimpin pasukan sebagai bantuan bagi kaum muslimin yang berada di
tempat-tempat tersebut. Setiap pertempuran antara kaum muslimin dan kaum
musyrikin selalu dimenangkan oleh tentara Abu Bakar ash-Shiddiq ra.,
alhamdulillah.
Kaum muslimin berhasil membunuh banyak kaum murtad dan merebut
harta rampasan perang yang sangat banyak. Dengan itu mereka menjadi lebih kuat
dalam menghadapi musuh-musuh yang berada di sana. Kemudian mereka
mengirimkan seperlima dari harta tersebut kepada pemerintah Abu Bakar ash-
Shiddiq ra. yang disalurkan untuk kaum muslimin agar mereka menjadi lebih kuat
dan siap dalam memerangi orang-orang yang akan memerangi mereka, baik
orang Romawi maupun orang Ajam, sebagaimana kelak akan diterangkan dengan
rinci.
Demikianlah secara berkesinambungan pasukan Islam terus menumpas
seluruh gerakan murtad hingga akhirnya Jazirah Arab seluruhnya dikuasai oleh
orang-orang yang patuh dan tunduk kepada Allah dan RasulNya. Ditambah Ahlu
Dzimmah seperti penduduk Najran dan lain-lainnya, alhamdulillah. Peperangan
ini kebanyakan terjadi dipenghujung tahun 11 H dan awal tahun 12 H.
Ketika masuk tahun 12 H, tentara Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan para
panglimanya yang diutus kepada kaum murtad telah bebas berjalan ke arah
manapun mereka mau baik ke kiri maupun ke kanan sambil mempersiapkan
bangunan Islam dan memerangi para penguasa yang zhalim. Hingga akhirnya
hilanglah keburukan dan kebenaran kembali jaya. Dengan demikian ajaran Islam
di Jazirah Arab semakin luas sehingga negeri yang jauh kian menjadi semakin
dekat.
………………………………………………………………………….
119 Jurf: sebuah tempat yang berjarak tiga mil dari Madinah ke arah Syam. (Yaqut, Mu’jam al-Buldan 2/128).
120 Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/224.
121 Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fathul Barí 8/152 bahwa Ibnu Taimiyah dalam kltabnya ar-Raddu ‘ala Ibn at- Mutahhir mengingkarl jika Abu Bakar dan Umar termasuk di dalam pasukan Usamah. Ketika meruju ke Minhaj as-Sunnah karangan Ibnu Taimiyah, yaknl tepatnya ketika dia berbicara mengenal permasalahan ini 4/276 dan halaman selanjutnya, kudapati bahwa dla hanya mengecualikan ash-Shiddiq ra. saja, dia berpendapat bahwa ash-Shiddiq ra. tidak ¡kut dalam pasukan Usamah dlsebabkan Nabl baru mengangkat Usamah sebagai Pangllma pasukan setelah beliau sakit dan beberapa hari sebelum wafatnya sementara Rasululah telah memerintahkannya untuk menjadi ¡mam shalat dl Masjld, al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam al-Bidayah wan Nihayah 5/222, “Nabi telah memerintahkan untuk mengikuti pasukan ¡nl sebagian besar sahabat yang senior -balk dari Muhajirin maupun Anshar- untuk turut dalam pasukan Usamah, dan termasuk dari seklan sahabat yang senior adalah Umar bin al-Khaththab, maka barangslapa berkata, sesungguhnya Abu Bakar masuk dalam rombongan pasukan ini maka telah kellru, sebab ketika sakit Rasulullah saw. memuncak, pasukan Usamah maslh bertahan di Jurf, dan Nabi telah memerintahkan Abu Bakar agar shalat menjadi Imam manusia, bagaimana mungkin dla masukdalam pasukan Usamah sementara dia adalah Imam kaum muslimln dalam shalat dengan ¡zin Rasulullah saw. Si dari Rabb alam semesta, andai saja dla memang turut pasukan Usamah maka nash syarlat telah mengecualikannya dari seluruh sahabat yang ikut dl bawah pasukan Usamah.”
122 Shahih al-Bukhari, kltab al-Jum’ah, bab al-Jum’ah fi al-Qura wa al-Mudun 2/ 379 dari Fathul Barí
123 Al-Musannaf karya Ibn Abi Syaibah 14/572 dari jalan Abdurrahman bin Abi Aun dari al-Qashim bin Muhammad yang semakna dengan itu.
124 Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/226.
125 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah 2/649, dan Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat2l 433 Cet. IV dari jalan Ibnu Ishaq.
126 Dari Tarikh ath-Thabari 3/246 dan dikatakan bahwa bait ini milik Abdullah al-Laisl dalam syalr-syair yang lain, dan di dalaamnya terdapat sediklt perbedaan.
127 Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahlhnya, kitab Istitsabatul Murtaddin, bab Qatlu Man Aba Qabul al-Faraidh, 12/275 dari Fathul Ban, dan Muslim dalam Shahlhnya, kitab al-Iman, bab al-Amru Biqital an-Nas Hatta Yaqulu La Ilaha Illallah, hadits no 20.
128 Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahlhnya, kitab al-Iman, bab Qaulun Nabl Bunial Islamu Ala Khamsin, dari hadits Abdullah Ibnu Umar *&> 1/ 49 dari Fathul Barí, dan Muslim dalam Shah/hnya, kitab al-Iman, bab Bayan Arkan al-lslam No. 16.
129 Taríkh DimasyqSI 692.
130 Tafsir ath-Thabarity 282-283.
131 Dalam naskah asli disebutkan Anasdan koreksian ¡ni di dapat dari Taríkh ath-Thabarí3/264.
132 Lihat versinya dalam Taríkh ath-Thabarí, 3/242.
133 Lihat Tarikh ath-Thabari 3/244.
134 Dalam naskah asli dengan anaknya dan koreksi ini dari Tarikh ath-Thabari ~¡l 186,244
135 Dzul Qashshah: nama sebuah tempat yang terletak satu mil dari kota madinah arah ke Najed, Abu Bakar ash-Shlddiq keluar ke sana dan mengibarkan panji-panji sambil menginstruksikan kepada pasukan agar memerangi kaum murtaddin. (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 4/366).
136 Ibid, 3/247, adapun Shafwan yang disebutkan di slnl adalah Shafwan bin Usaid at-Tamimi, beliau pernah menjabat
sebagai perwakllan Nabl atas Bani Amru yang berasal dari suku besar Tamim. Lihat biografinya pada ai-Ishabah karya Ibnu Hajar 3/435.
137 Al-Abraq: adalah sebuah tempat di Rabadzah, tempat tinggal Bani Dzubyan. (Yaqut, Ibid 1/68).
138 Buzakhah: suatu tempat berkumpulnya air milik Bani Asad di negeri Najed. {Ibid 1/408).
139 Lihat Tarikh atfi-TI)abar/’3/247-248, dan riwayat ini dari jalan Saif Ibnu Umar dari para syaikhnya.
140 Dalam naskah asli al-Ghatafani, dan koreksi perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabari 3/249
141 Daba: salah satu pasar Arab di Oman. (Lihat Yaqut, /M/2/435).
142 Dalam naskah asli Arfajah dan Hartsamah dan Iain-Iain. Dan perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabari 3/249 dan lihat juga biografinya di al-Ishabah karya Ibnu Hajar 4/485.
143 Mahrah: salah satu suku dl Yaman dan kepada mereka di nisbatkan al-Ibilal-Mahriyyah, mereka selalu pulang pergi
antara Oman dan Hadramaut, lihat Yaqut, /&/tf5/234.
144 Dalam naskah asli Tharfah bin Hajib, dan koreksian ini dari Tarikh ath-Thabari 3/249, dan lihat biografinya dalam al- Ishabah karya Ibnu Hajar 3/518.
145 Dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikfnya dari jalan Saif bin Umar 3/250. Lihat yang semakna dengannya dalam sejarah kemurtadan, yang dikeluarkan dari kitab al-Iktifa fiMaghazi al-Musthafa wa ats-Tsalatsah al-Khulafa, karya Abu ar- Rabi’ Sulaiman bin Musa al-kilaly al-Balansi, disadur dan diedit oleh khursyid Ahmad Faruq him 27 Cet II, Dar al-Kitab al- Islami di Kairo
146 Khubban: sebuah perkampungan di Yaman dekat dengan Lembah Khubban tepatnya di dekat Najran. (Yaqut, /ta/2/343. pengarang menyebutkannya di juz 6/ halaman 307 dan halaman berikutnya.
147 Dalam naskah asli disebutkan Umar bin Haram dan itu adalah keliru, yang benar adalah Amru bin Hazm sebagaimana dalam Tarikh ath-Thaban3/228.
148 Dalam naskah asllnya Yazid bin Muharram bin Husain. Dan koreksi ini datang dari Tarikh ath-Thabari3/230.
149 Kisah ini diberitakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam biografi Fairuz dalam kitabnya al-Ishabah 5/ 581. Dan diamenyan-darkan berita tersebut kepada Saif dalam kitab al-Futuh, sementara Saif bin Umar at-Tamimi adalah dhaif dalam hadits.
150 keberangkatan Abu Bakar pada awal tahun 11 H..at-Thabari3/240.
151 at-Thabari3/240.
152 Musnan Ahmad 1/173, Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”
153 Dalam naskah asli tertulis Aba/ Fadhil koreksi perbaikanini dari Tarikh ath-Thaban’3/255, dan Fasil adalah anak unta.
154 Dalam naskah asli tertulis Thai, dan perbaikan Ini dari Tarikh ath-Thabari’il 254. Jadilah dan al-Ghauts merupakan
cabang dari suku besar Thai, lihat bin Hazm, Jamharah Ansab al-Arab, him 398-400.
155 Berita ini disebutkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnyz 3/255 dari jalan Muhamamd Ibnu Ishaq.
dan pasti kerajaan kami akan sampai mengusai Iraq dan Syam.’156
156 Perkataan Thulaihah ini disebutkan ath-Thabari dalam Tarikfmya 3/260 dari jalan Saif bin Umar.
157 Ibid 3/263
158 Shahih al-Bukhan dari kitab al-Ahkam, bab al-Istikhlat’13/ 206 dari kitab Fathul Barí. Al-Hafizh Ibnu Hajar telah
meyebutkan kisah ini dengan panjang lebar yang dinukil dari kitab al-Humaidi al-Jam’u baina as-shahihain kemudian dia berkata, “Abu Bakar al-Barqani telah menyebutkan kisah ini dalam Mustakhrapya.” Lihat a/-Musannafkarya Ibn Abi Syaibah 14/ 571.
159 Nama tempat pat dekat al-Hauab di jalan al-Bashrah menuju ke Madinah, unta-unta Thulaihah berkumpul di situ pada peperangann Buzakhah.( Yaqut4/60 ibid)
160 ath-Thabari3/263.
161 ath-Thabari3/264
162 ath-Thaban^’3/264 Abu Bakar telah menyiapkan api untuk membakarnya di musholla (lapangan tempat shalat)
keadaan maqmuth (terikat).163
163 tangannya diikat seperti ayunan anak-anak. (Mukhtar as-Shahah h\m. 551).
164 Ar-Rabbab: adalah cabang dari Bani Tamim dan mereka terbagi dua, Bani Dhabbah, dan Bani Abd Manat (Tarikh ath- Thabari 3/270).
165 Dia adalah Tsumamah bin Utsal bin an-Nukman al-Hanafi abu Umamah al-Yamami, dia dibawa kepada Rasulullah saw. di madinah sebagai tawanan dan diikat di salah satu tiang mesjid, setelah itu Rasulullah saw. membebaskannya dan dia masuk Islam dengan benar, dan istiqamah di atasnya, beliau turut memerangi orang-orang yang murtad dari Bani Hanifah setelah itu bergabung dengan pasukan al-Ala bin al-Hadhraml di Bahrain berperang bersamanya menumpas kaum yang murtad (lihat biografinya di Ishabah karya Ibnu Hajar 1/410).
166 Yaitu sebuah danau kecil di daerah Bani Asad di negeri Najed. (Yaqut, ibid 1/445).
167 Ya¡tu Dhirar bin al-Azur bin Malik bin Juzaimah dari bani Asad bin Khuzaimah, termasuk salah seorang sahabat Nabi yang masyhur, lihat biografinya dalam al-Ishabah 3/481.
168 Lihat kisah pasukan Khalid yang di utus ke Bani Juzaimah dalam Shahih al-Bukhari, kitab al-MaghaziSI 57 dari
FathulBan. Dan kata milghatul kalbi adalah tempat air yang dlmlnum airnya langsung dengan memasukkan tempat tersebut ke dalam -nulut untuk dijilat. Lihat Abu as-Sa’adat Ibnul Atsir, an-Nihayah ñ Gharib al-Hadits 5/ 226
169 Aqraba’: salah satu tempat di bumi Yamamah yang posisinya berada di pinggir negeri itu, dan termasuk ke dalam
wilayah al-Aridh. (Yaqut, fcaM/135.).
170 Ibnu Atsir menyebutkan namanya dengan lafaz ar-Rahhal, namun pendapat pertama lebih masyhur
171 Riwayat Ibnu Ishaq dianggap mí/rea/disebabkan tidak diketahuinya (Jahalah) perawi yang terdapat antara dlrinya dan Abu Hurairah, dan riwayat yang pertama dihukumi lemah disebabkan Saif bin Umar at-Tamlml dan gurunya
172 tertimpa demam dan menggigil hebat. (Ibn Manzhur, Lisanal-Arab 15/45).
173 Lihatberita peperangan ini dalam Tarikh ath-Thaban3/298, dan Tarikh Khalifah bin Khayyath h\m 107-115.
174 Tarikh ath-Thaban3/284 dan selanjutnya.
175 Yang di maksudkannya adalah firman Allah: “Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiiláh dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. “(Al-Maidah:103), lihat juga Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’anul Adzim 2/107.
176 Takhrff hadits ini telan lewat. Dan Juwatsan adalah nama sebuah benteng millk Abdul Qais yang terletak di negeri
Bahrain, Ibn al-Arab berkata, “Juwatsan adalah kota al-Khath, dan al-Musyaqqir adalah kota Hajr.” (Yaqut, loc.cit2/174).
177 Dalam Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/363 disebutkan nama tempat tersebu yaitu Dahna’ (sebuah padang pasir antara Najed dan al-Ahsa’.
178 Al-Alat. minum yang kedua, adapun an-nahah unta minum pertama kali mendapati air. (Ibnu Manzhur, Usan al-Arab 11/467).
179 Darain: ñama sebuah dermaga di Bahrain. (Yaqut, /occ/f 2/432).
180 Lihat biografinya di a\-Ishabah 5/130, dan kisah ini dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnys 3/ 322, dan Ibnu Hajar berkata mengenai biografi al-Ala’ dalam al-Ishabah 4/541,” Dia mengarungi lautan dengan doanya yang masyhur disebutkan dalam kitab-kitab al-Futuh (penaklukan).”
181 Lihat biografinya dalam al-Ishabah karya Ibnu Hajar al-Asqalani 1/538.
182 Lihat biografinya, ibid1/542 dan 5/111 berturut-turut.
183 Bandingkan dengan Tarikh ath-Thabari, 3/314 dan setelahnya.
184 Bandingkan dengan ibid 3/ 316 dan setelahnya
komentar