Kelima Belas : Diantara faktor mantapnya ahlus sunnah
di atas keyakinan yang benar adalah : mereka
senantiasa bersatu padu dan tidak berpecah belah.
Adapun ahli ahwâ`, mereka telah memecah belah agama
mereka dan mereka bergolong-golongan. Setiap
kelompok merasa bangga dengan apa yang mereka
miliki.
Qotâdah berkata :
” لو كان أمر الخوارج هدى لاجتمع، ولكنه كان ضلالاً فتفرق ” تفسير الطبري
،.(178/3)
”Sekiranya khowarij itu berada di atas petunjuk niscaya
mereka akan bersatu, namun mereka berada di atas
kesesatan sehingga mereka saling berpecah belah.”
(Tafsîr ath-Thobarî III/178).
Hal yang seperti ini tidaklah sedikit terjadi pada ahli
bid’ah. Adapun ahlus sunnah, mereka saling bersatu
padu dan berhimpun, tidak ada pada mereka perpecahan ataupun perselisihan di dalam agama Allôh. Mereka
beada di atas jalan yang lurus, saling berjanji, berwasiat
dan bersabar di atasnya.
Abūl Muzhoffar as-Sam’ânî berkata :
” ومما يدل على أن أهل الحديث على الحق أنك لو طالعت جميع كتبهم
المصنفة من أولها إلى آخرها، قديمها وحديثها، وجدا مع اختلاف بلدام
وزمام وتباعد ما بينهم في الديار، وسكون كل واحد منهم قطراً من
الأقطار، في بيان الاعتقاد على وتيرة واحدة ونمط واحد، يجرون فيه على
طريقة لا يحيدون عنها ولا يميلون عنها، قلوم في ذلك على قلب واحد،
ونقلهم لا ترى فيه اختلافاً ولا تفرقاً في شيء ما وإن قل، بل لو جمعت جميع
ما جرى على ألسنتهم ونقلوه عن سلفهم وجدته كأنه جاء عن قلب واحد
وجرى على لسان واحد، وهل على الحق دليل أبين من هذا؟ قال الله تعالى:
”Diantara hal yang menunjukkan bahwa ahli hadits itu
berada di atas kebenaran adalah, sekiranya anda
menelaah semua kitab-kitab mereka yang tertulis baik
dari awal sampai akhir, baik yang terdahulu maupun
yang kontemporer, walaupun negeri dan zaman mereka
berbeda dan saling berjauhan, dan tempat tinggal setiap
orang dari mereka tersebar di seluruh penjuru dunia,
anda dapati bahwa mereka di dalam menjelaskan
masalah aqidah berada pada satu manhaj dan jalan.
Mereka berjalan di atas jalan ini, tidak menyimpang dan berpaling darinya. Hati mereka satu di dalam keyakinan
tersebut, dan tidak anda dapati perselisihan dan
perpecahan sedikitpun di dalam transmisi (penukilan)
mereka kecuali hanya sedikit sekali. Bahkan, sekiranya
anda mengumpulkan semua yang mereka ucapkan dan
yang mereka nukil dari pendahulu (salaf) mereka, anda
dapati seakan-akan berasal dari hati dan lisan yang satu.
Apakah benar ada dalil lain yang lebih terang daripada
ini? Allôh Ta’âlâ berfirman :
﴿َأفَلاَ يتدب رونَ الُْقرآنَ ولَو كَانَ من عند غَيرِ الّله لَوج دواْ فيه اختلاَفاً
،[ كَثيرًا﴾ [النساء: 82
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`ân?
kalau kiranya Al-Qur`ân itu bukan dari sisi Allôh,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (QS an-Nisâ` : 82)
Dan firman-Nya :
وقال تعالى: ﴿واعتص مواْ ِبحبلِ الّله جميعاً ولاَ تفَ رُقواْ واذْ ُ ك رواْ نِعمت الّله
علَيكُم ِإذْ ُ كنتم أَعداء فَأَلَّف بين ُقُلوبِكُم فَأَصبحتم بِنِعمته إِخواناً﴾ [آل
.( عمران: 103 ] ” مختصر الصواعق المرسلة لابن القيم (ص: 518
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS Âli ’Imrân : 103) [Mukhtashor ash-Showâ`iqul Mursalah
karya Ibnul Qoyyim hal. 518)
Hal ini juga merupakan diantara faktor-faktor besar yang
dapat menghantarkan ahlus sunnah mantap di atas
kebenaran dan konsisten di atas aqidah yang benar serta
selamat dari penyimpangan, keplinplanan dan
perubahan.
Inilah poin terakhir yang hendak kupaparkan
penjelasannya, akan tetapi saya cukupkan sampai di sini
dan akan saya jelaskan sebagian aspek lain dari aqidah
yang menjelaskan persatuan ahlus sunnah wal jamâ’ah
di atas aqidah dan jalan mereka yang satu, dari orang
pertama hingga orang terakhir mereka, apabila anda
perhatikan pendapat-pendapat mereka di zaman ini dan
pendapat mereka di zaman awal, yaitu zaman Nabî
Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam, anda dapati bahwa mereka
berada di atas perkara yang satu, karena mereka
mengambilnya dari sumber yang satu pula.
Imâm Mâlik rahimahullâhu berkata :
فلن يكون اليوم ديناً، ولن يكون ديناً إلى قيام ” ما لم يكن ديناً زمن النبي
الساعة، ولن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح ا أولها “.
”Segala sesuatu yang pada zaman nabi tidak termasuk
agama, maka tidak akan termasuk agama pula pada hari
ini dan tidak pula termasuk agama hingga hari kiamat.
Tidak akan baik keadaan akhir umat ini melainkan
dengan baiknya umat generasi awal.”
Apabila anda memperhatikan aqidah mereka di zaman ini
juga di zaman-zaman sebelumnya, anda dapati mereka
berada di atas aqidah yang satu. Akan saya berikan
beberapa contoh hal ini :
Contoh 1 : Apabila anda mencermati aspek tauhîd dan
ikhlâsh, yaitu mengikhlaskan (memurnikan) amal hanya
untuk Allôh Ta’âlâ semata, anda dapati bahwa mereka
dari generasi awal sampai akhir adalah para penyeru
tauhîd, semuanya menyeru kepada pemurnian perbuatan
hanya bagi Allôh semata dan semuanya memperingatkan
dari kesyirikan dan segala bentuk peribadatan selain
kepada Allôh. Tidak akan anda dapati ada diantara
mereka yang mengajak kepada kesyirikan atau
menyelisihi tauhîd, sebagaimana yang dilakukan oleh
mayoritas ahli ahwâ`, yang menyeru kepada berbagai
pentuk penyimpangan ini dan memberikan nama dengan
selain namanya. Mereka menamakan berbagai macam
kesyirikan dengan tawassul atau syafâ’at atau selainnya.
Contoh 2 : Mereka semua bersepakat untuk mendorong
berpegang kepada sunnah dan melarang dari segala
bentuk bid’ah dan hawa nafsu. Anda tidak akan melihat
seorangpun dari mereka melainkan menyeru kepada
sunnah dan memperngatkan dari bid’ah. Anda tidak akan
dapati ada diantara mereka yang menganggap baik hawa
nafsunya dan mendorong kepada bid’ah, atau ada orang
yang menjelaskan bahwa ada suatu bid’ah yang baik
(hasanah), atau yang semisalnya. Hal ini tidak akan
pernah ditemukan pada ahlis sunnah. Karena seluruh
ahlus sunnah dari generasi awal sampai akhir mereka memperingatkan dari bid’ah dan hawa nafsu, dan
menyeru manusia untuk berpegang teguh dengan
Kitâbullâh dan Sunnah Nabi-Nya Shallâllâhu ’alaihi wa
Sallam.
Contoh 3 : Keimana mereka kepada Asmâ dan Shifât
Allôh Tabâroka wa Ta’âlâ. Anda dapati bahwa mereka
dari generasi pertama hingga akhir berada di atas
manhaj yang satu, menetapkan nama dan sifat bagi
Allôh sebagaimana apa yang Ia tetapkan bagi diri-Nya
dan apa yang ditetapkan oleh Rasūlullâh Shallâllâhu
’alaihi wa Sallam untuk diri-Nya. Mereka menafikan
(menolak) segala apa yang Allôh dan Rasūl-Nya
Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam nafikan bagi diri-Nya,
berupa kekurangan dan sifat cela, tanpa melakukan
tahrîf (merubah makna), ta’thîl (meniadakan), takyîf
(mempertanyakan kaifiyatnya) dan tamtsîl
(menyerupakan dengan makhlūq). Kaidah mereka di
dalam hal ini adalah sebagaimana yang Allôh beritakan :
[ ﴿َليس كَمثْله شيءٌ و هو ال سمي ع البص ير﴾ [الشورى: 11
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Ia
adalah Maha Mendengar lagi Melihat.” (asy-Syūrâ : 11).
Mereka semua di dalam pembahasan ini berada di atas
manhaj yang satu.
Adapun selain mereka, anda dapati mereka melakukan
tahrîf, ta’thîl, takyîf dan tamtsîl atau selainnya dari
metode-metode yang beraneka ragam yang dimiliki oleh
setiap madzhab dari madzhab-madzhab (yang
menyimpang) ini.
Contoh 4 : Manhaj mereka yang satu di dalam metode
ber-istidlâl (menggali dalil). Hal ini telah lalu
penjelasannya. Intinya, metode mereka di dalam istidlâl
adalah satu dan sandaran mereka juga satu, yaitu
Kitâbullâh dan Sunnah Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa
Sallam.
Sebagai penutup risalah ini, saya memohon kepada Allôh
Tabâroka wa Ta’âlâ dengan nama-nama-Nya yang indah
dan sifat-sifat-Nya yang tinggi agar mejadikanku dan
anda sekalian sebagai hamba-hamba-Nya yang shâlih,
menkaruniakan kita semua untuk senantiasa berpegang
teguh dengan sunnah dan meneladani atsar salaful
ummah, menjauhkan kita dari hawa nafsu dan bid’ah,
menganugerahkan kita aqidah yang benar, iman yang
selamat, perangai yang lurus dan adab serta akhlaq yang
baik, memberikan kita semua taufiq-Nya, memberikan
petunjuk kepada kita semua kepada jalan yang lurus dan
menjadikan kita termasuk orang yang memberikan
petunjuk dan diberi petunjuk, orang yang mendengarkan
suatu ucapan dan mengikuti yang terbaik darinya,
karena sesungguhnya Allôh adalah berkuasa dan mampu
untuk melakukan hal ini.
<‰e^vë_Ê<‰÷a<Ó◊¬Ê<HÇ€¶<‰ÈffiÊ<‰÷ÁâÖÊ<ÂÇf¬<Ó◊¬<‹√fi_Ê<’Ö^eÊ<‹◊âÊ<!]<Ó◊ëÊ
J∞√∂_
Semoga Sholawât, Salam, keberkahan dan kenikmatan
Allôh senantiasa terlimpahkan kepada utusan dan hamba-Nya Muhammad, kepada keluarga dan seluruh
sahabat beliau.
[Risalah ini asalnya merupakan ceramah yang saya sampaikan
pada tanggal 7/3/1420 H, kemudian ditranskrip dari kaset dan
dilakukan beberapa pembenahan ringan dan saya biarkan
dalam ushlub (gaya) ceramah. Hanya Allôh sematalah yang
maha memberikan taufiq.]
komentar